Jokowi Pamer Kekayaan Energi Hijau pada Para CEO Amerika

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Energi

Sabtu, 14 Mei 2022

Editor : Kennial Laia

BETAHITA.ID - Dalam pertemuan para pimpinan perusahaan (CEO) di Amerika Serikat, dalam rangkaian KTT Khusus ASEAN-AS, Kamis (12/5/2022) kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memaparkan kekayaan energi hijau Indonesia, seperti pembangkit listrik tenaga hidro, hingga pembangkit listrik tenaga panas bumi atau geothermal.

"Indonesia juga sangat kaya dengan potensi energi hijau. Pembangkit listrik tenaga hidro sangat potensial, ada 4.400 sungai di Indonesia," kata Presiden Jokowi pada ASEAN-US Special Summit with Business Leaders di Washington DC, Amerika Serikat, dikutip dari Antara, Kamis kemarin.

Presiden Jokowi menerangkan, Indonesia memiliki 4.400 sungai sehingga kaya akan potensi pembangkit tenaga hidro. Kemudian, untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi, Indonesia setidaknya memiliki potensi hingga 29 ribu megawatt. Presiden memastikan, pembangkit listrik di Indonesia akan sesuai dengan prinsip ramah lingkungan dan mampu dimanfaatkan untuk kegiatan produksi barang-barang penting industri.

"Kami memastikan bahwa produk barang-barang penting akan dihasilkan dari pembangkit yang ramah lingkungan dan kami mengundang para pelaku bisnis Amerika untuk investasi di Indonesia."

Warga Waesano mengungkapkan penolakan pembangunan PLTPB dalam pertemuand engan Bank Dunia pada Senin (9/5/2022). Dok: Yosef Erwin Rahmat

Di hari yang sama, Presiden Jokowi menerima kunjungan Chairman dan CEO Air Products, Seifi Ghasemi, di Hotel Ritz Carlton, Washington DC. Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi menekankan pentingnya implementasi rencana investasi perusahaan asal Amerika Serikat tersebut.

“Saya menyambut baik penandatanganan MoU di Dubai, November 2021 yang lalu. Sebagai implementasi rencana tersebut pada 24 Januari lalu, saya telah lakukan ground breaking industri hilirisasi coal to DME di Bukit Asam. Saya berharap semua rencana investasi tersebut dapat segera ditindaklanjuti,” kata Presiden Jokowi.

Sementara itu, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, dari rencana investasi Air Products sebesar USD 15 miliar, untuk saat ini sudah terealisasi tahap pertama sebesar USD 7 miliar.

“Ada lah project DME, metanol di Balongan, dan mau membangun juga metanol di Cepu. Sisanya kita akan bikin hidrogen yang akan dibangun di Indonesia dengan memanfaatkan bendungan-bendungan yang dimiliki negara,” ucap Bahlil.

Bahlil juga menyampaikan, dari hasil diskusi Presiden dengan CEO Air Products, terdapat juga rencana akan membangun industri dari hulu ke hilir di bidang petrokimia.

“Sekarang tugasnya adalah pemerintah Indonesia harus segera mengeksekusi. Karena uangnya sudah ada, project-nya sudah ada. Saya pikir pertemuan hari ini dengan Bapak Presiden dengan Pak Seifi ini menunjukkan bahwa investasi di Indonesia tidak hanya dikuasai suatu negara tertentu tapi sudah merata,” ujar Bahlil.

Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, Presiden Jokowi sering menyebut Indonesia memiliki potensi energi hijau yang sangat melimpah. Contohnya, untuk energi baru terbarukan Indonesia memiliki total potensi hingga 418 gigawatt, di antaranya berasal dari sumber energi hidro, panas bumi, angin, tenaga surya dan lainnya.

Dalam rangkaian pertemuan KTT Khusus ASEAN-AS, Presiden Jokowi bertemu sejumlah CEO perusahaan AS, di antaranya dari Google, Chevron, Boeing, Qualcomm, ConocoPhilips, Mariot International dan lainnya. Dalam pertemuan itu hadir pula Menteri Perdagangan AS Guna Raimondo, US-ASEAN Business Council Ted Osius, Utusan Khusus untuk Perubahan Iklim John Kerry.

Terpisah, Juru Kampanye Yayasan Auriga Nusantara Hilman Afif berpendapat, keinginan Pemerintah Indonesia untuk membangun energi hijau di Indonesia jangan sampai justru menjadi kontraproduktif, seperti wacana pembangunan panas bumi di Taman Nasional Leuser yang pernah terjadi. Menurut Hilman, perlu adanya inventarisasi dan identifikasi potensi panas bumi di luar kawasan agar kelestarian lingkungan--terutama hutan--dan keinginan untuk membangun energi ramah lingkungan tetap selaras.

Untuk PLTH, lanjut Hilman, sebetulnya pernah ada pengembangan PLTMH (mikro-hidro) di beberapa daerah. Pembangunan PLTH juga harus turut dibarengi dengan rehabilitasi sempadan sungai yang saat ini terjadi banyak kerusakan agar ketersediaan air sungai dapat terjaga sehingga pembangunan PLTH menjadi tidak percuma.

"Wacana pembangunan energi hijau jika dijalankan dengan komitmen penuh turut memberikan efek positif bagi kelestarian hutan dan lingkungan di Indonesia," kata Hilman, Jumat (13/5/2022).

Hilman menambahkan, perlu transfer knowledge dan pendekatan partisipatif oleh negara kepada warga, agar wacana pembangunan energi hijau tidak menjadi 'momok' bagi warga di daerah objek pembangunan. Hilman khawatir, investasi energi hijau hasil kerja sama dengan negara lain ini membuat negara menjadi abai terhadap partisipasi publik dalam perencanaan pembangunan, khususnya suara dan hak warga yang tinggal di lokasi proyek investasi.

"Turut menjadi perhatian pula terhadap perlakuan negara selama ini yang cenderung represif kepada warganya. Bahwa selain indikator teknis, yang perlu dipertimbangkan adalah hak warga atas ruang hidup, jangan sampai wacana untuk membangun energi hijau malah mempersempit ruang hidup masyarakat."