IEA: Ada Bencana Iklim jika Korporasi Fosil Lanjutkan Proyek Baru

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Senin, 16 Mei 2022

Editor : Raden Ariyo Wicaksono

BETAHITA.ID -  International Energy Agency (IEA), organisasi peneliti energi dan ekonomi terkemuka di dunia, memperingatkan agar dunia tidak berinvestasi dalam pengembangan minyak dan gas baru dalam skala besar. Pasalnya, ini tidak berdampak banyak pada krisis energi. Sebaliknya akan menyebabkan kehancuran bagi planet bumi.

Sebelumnya, laporan investigasi The Guardian mengungkap bahwa saat ini sejumlah perusahaan bahan bakar fosil sedang merencanakan “bom karbon” yang akan mendorong bencana iklim. Menanggapi hal ini, direktur eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan, negara-negara harus berusaha mengganti minyak dan gas dari Rusia dalam waktu dekat tanpa merusak prospek jangka panjang mereka.

“Saya memahami bahwa beberapa negara mungkin mempertimbangkan bahan bakar fosil. Tetapi mereka harus ingat bahwa butuh bertahun-tahun untuk memulai produksinya,” kata Birol.

“Proyek semacam ini bukanlah solusi untuk kebutuhan keamanan energi kita yang mendesak. Dan mereka akan mengunci penggunaan bahan bakar fosil,” jelasnya.  

Bertepatan dengan Hari Bumi, anak muda dari sejumlah komunitas melakukan aksi iklim di depan Kementerian Investasi di Jakarta, Jumat, 22 April 2022. Mereka menuntut pemerintah untuk meninggalkan energi fosil dan fokus pada investasi energi berkelanjutan. Foto: Istimewa

Laporan The Guardian pekan lalu mengungkap bahwa hampir 200 proyek bom karbon sedang dalam perencanaan, atau sudah dimulai. Masing-masing menghasilkan setidaknya satu miliar ton emisi karbon dioksida selama masa hidup mereka. Angka ini setara dengan sekitar 18 tahun emisi global saat ini.

Menurut Birol, perusahaan yang mengejar proyek ini dapat berakhir dengan aset terlantar di masa depan. “Jika dunia berhasil beralih ke net zero, proyek ini dapat gagal pulih dari biaya pengembangannya,” kata Birol.

Melonjaknya harga minyak dan gas telah menyebabkan negara-negara, seperti Eropa, melirik bahan bakar bakar fosil lainnya seperti batu bara.

Permintaan yang tinggi ini mendorong proyek eksplorasi besar baru untuk minyak, gas, dan batu bara. Dan ini akan memakan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan bahan bakar apa pun, dan dapat mengunci emisi gas rumah kaca yang setinggi selama beberapa dekade.

“Proyek yang paling cocok adalah yang waktu tunggunya pendek dan payback period-nya cepat, seperti perluasan produksi dari lapangan yang sudah ada,” ujar Birol. Dia menambahkan bahwa penggunaan sumber yang ada secara lebih efisien dapat membantu mengurangi emisi.

Menurut Birol, pemerintah juga harus segera berupaya mengurangi permintaan bahan bakar fosil, melalui isolasi rumah, memotong batas kecepatan, membuat transportasi umum murah atau gratis dan memperkenalkan hari bebas mobil di di perkotaan.

“Jika kita tidak memiliki tindakan sukarela ini, saya khawatir penjatahan energi mungkin ada di atas meja,” katanya.

Birol mengatakan saat ini dunia memiliki alternatif murah yang tersedia dalam bentuk tenaga surya dan angin, yang harganya turun dari tahun ke tahun. Hal ini seharusnya mendorong pemerintah dan perusahaan untuk lebih mendorong energi terbarukan.

“Saya yakin kita memiliki kesempatan untuk menjadikan ini titik balik bersejarah menuju sistem energi yang lebih bersih dan aman,” katanya. “Ini pertama kalinya saya melihat momentum di balik perubahan ke energi bersih.