Perilaku Komodo di Lokasi Wisata TN Komodo Berubah

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Biodiversitas

Kamis, 30 Juni 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Perilaku komodo (Varanus komodoensis) di Taman Nasional (TN) Komodo mengalami perubahan, terutama yang berada di tempat wisata. Perubahan perilaku ini diduga akibat meningkatnya jumlah wisatawan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berencana akan menerapkan pembatasan pengunjung ke Pulau Komodo dan Pulau Padar.

Kepala Balai TN Komodo Lukita Awang Nistyantara mengatakan, berdasarkan penelitian, komodo yang berada di kawasan wisata cenderung lebih dekat dengan manusia, sehingga kewasapadaannya atau sisi liarnya menjadi menurun.

"Ternyata komodo di tempat wisata itu perilakunya berubah, kewaspadaannya berkurang. Dia cenderung dekat dengan manusia. Sementara yang di tempat non-wisata, dia melihat manusia akan menjauh," kata Lukita dalam konferensi pers di KLHK, dikutip dari CNN Indonesia, Senin (27/6/2022).

Perubahan terhadap komodo tidak hanya terjadi pada perilakunya saja. Menurut Lukita, bobot massa tubuh komodo yang berada di tempat wisata dan di luar tempat wisata juga berbeda. Massa tubuh komodo yang berkeliaran di tempat wisata mencapai 100 kilogram (Kg), sedangkan yang di luar tempat wisata maksimal beratnya hanya sekitar 80 Kg.

Sejumlah komodo berebut makanan./Foto: KLHK

"Dampak dari situ akhirnya kita sejak 2017 kita menghentikan memberikan makan. Karena mengubah perilakunya."

Tim Ahli Kajian Daya Dukung Daya Tampung Berbasis Jasa Ekosistem di Pulau Komodo, Pulau Padar dan Kawasan Perairan di sekitarnya, Irman Firmansyah menyebut, peninkatan bobot massa tubuh komodo ini akan berdampak pada kemampuan berburu satwa dilindungi itu.

"Kalau misalnya komodo menjadi agak sulit bergerak, dia artinya akan menangkap mangsanya kan lambat kemampuannya," kata Irman.

Lebih lanjut Irman menuturkan, daya jelajah komodo perlu dijaga kestabilannya. Selain ekosistem, komodo dan perilaku aslinya pun perlu dijaga. Irman memperingatkan, jangan sampai komodo di Pulau Komodo nantinya menjadi kehilangan kemampuan berburu, mencari makan secara alami, dan bertarung.

Pembatasan Kunjungan

Sementara itu, KLHK mengeluarkan kebijakan untuk membatasi jumlah pengunjung yang datang ke Pulau Komodo. Dalam siaran pers yang dipublkasikan KLHK, terungkap, berdasarkan hasil Kajian Daya Dukung Daya Tampung Wisata (DDDTW) Berbasis Jasa Ekosistem di Pulau Komodo dan Pulau Padar, direkomendasikan agar jumlah pengunjung ideal per tahun di Pulau Komodo paling banyak 219 ribu orang, sedangkan di Pulau Padar 39.420 orang, atau sekitar 100 orang per waktu kunjungan.

Hasil kajian itu menunjukan jumlah yang hampir sama dengan tingkat kunjungan pada 2019 yaitu 221.000 orang untuk di Pulau Komodo, sedangkan di Pulau Padar, selama ini Balai TN Komodo telah menerapkan kebijakan kunjungan 100 orang per waktu kunjungan, dimana dalam 1 hari terdapat 3 waktu kunjungan.

Kajian juga merekomendasikan jumlah kunjungan di Pulau Padar dapat ditambahkan 2–2.5 kali lipat dengan mempertimbangkan beberapa hal terkait penyesuaian daya dukung berupa infrastruktur, seperti penambahan jumlah pos di area trekking, sarana sanitasi dan MCK, safety trekking seperti tali, jumlah ranger serta tenaga medis atau ruang khusus untuk kesehatan.

“Yang paling penting adalah komodo kita harus lestarikan bersama semua habitat yang ada di Pulau Komodo di situ ada burung kakak tua, kelelawar dan sebagainya, hutan dan lingkungan lautnya juga kita harus lestarikan bersama semua yang ada di sana, kami serahkan kepada ahlinya, dari kesimpulan kajian yang ada itulah kita ambil untuk kita gunakan (sebagai kebijakan) yang secepat-cepatnya dan seadil-adilnya,” ujar Josef Nae Soi, Wakil Gubernur NTT.

Berdasarkan hasil kegiatan monitoring intensif pada populasi biawak komodo di TN komodo oleh para ranger Balai TN Komodo dan peneliti dari Yayasan Komodo Survival Program (KSP) tren dugaan populasi biawak komodo di TN Komodo selama 4 tahun terakhir dalam keadaan stabil dengan kecenderungan sedikit peningkatan.