Pemerintah Kongo Melelang Blok Minyak dan Gas Di Cekungan Kongo

Penulis : Aryo Bhawono

Perubahan Iklim

Sabtu, 30 Juli 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Republik Demokratik Kongo melelang blok minyak dan gas yang berada Cekungan Kongo (Cekungan Kongo). Padahal kawasan gambut di hutan tropis itu memainkan peran penting dalam sistem iklim di Afrika. 

Pada Kamis lalu, Pemerintah Kongo berencana melelang 30 blok minyak dan gas di tengah hutan bergambut (Cuvette-Centrale Peat) Cekungan Kongo yang merupakan lahan gambut tropis terbesar di dunia. Tanah gambut dikenal sebagai penyerap karbon karena menjadi tempat penyimpanan karbon yang besar. Karbon akan dilepaskan ke atmosfer ketika ekosistem terganggu.

Beberapa area, atau blok, yang ditandai untuk kontrak pertambangan minyak terletak di dalam kawasan konservasi ikonik pertama di Afrika, Taman Nasional Virunga, yang dibuat pada tahun 1925 dan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO. Kawasan tersebut merupakan rumah dan benteng terakhir gorila gunung.

Cekungan Kongo mencakup 530 juta hektar di Afrika tengah dan mewakili 70 persen dari daratan berhutan di benua itu. Luasnya hutan ini menampung lebih dari seribu spesies burung dan lebih banyak primata dibanding tempat lain di dunia, termasuk kera besar gorila, simpanse, dan Bonobo.

Deforestasi di hutan hujan Ituri, berada di timur laut Republik Demokratik Kongo. Negara ini termasuk dalam lima besar yang mengalami deforestasi terluas pada 2021. Foto: Hugh Kinsella Cunningham/EPA

Kelompok masyarakat rentan rentan seperti Mbuti dan Baka terancam tergusur atau diusir.

Langkah Kementerian Hidrokarbon Kongo di Kinshasa telah membuat marah para aktivis lingkungan dan iklim dengan keputusan lelang ini. Mereka mengatakan pengeboran minyak akan menimbulkan risiko yang signifikan ke benua yang sudah dibanjiri oleh efek perubahan iklim yang ekstrem. 

Pusat Penelitian Hutan Internasional menempatkan penyerap karbon Cuvette-Centrale sangat besar, mencapai 145.000 kilometer persegi, dan mengatakan menyimpan hingga setara dengan 20 tahun emisi karbon yang dipancarkan oleh Amerika Serikat.

Blok lain yang direncanakan pemerintah Congo untuk dilelang termasuk beberapa yang terletak di Danau Kivu, Danau Tanganyika, dan satu di wilayah pesisir di sepanjang wilayah Albertine-Grabben, sisi barat sistem Lembah Rift Afrika Timur.

Ken Mwathe, dari BirdLife International di Afrika, menyebutkan Cekungan Kongo adalah perlindungan terakhir keanekaragaman hayati alam dan penyerap karbon terakhir Afrika.

“Kita tidak boleh mengorbankan aset alam yang berharga ini untuk merusak pembangunan,” ucapnya, seperti dikutip dari AP.

Pelelangan sebagian hutan hujan Cekungan Kongo, yang mewakili 5 persen dari hutan tropis global, dilakukan hampir seminggu setelah Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam menjadi tuan rumah Kongres Kawasan Lindung Afrika perdana di Kigali, Rwanda. Para peserta memutuskan untuk memperkuat perlindungan hotspot keanekaragaman hayati utama Afrika.

Kongo adalah salah satu dari 17 negara di dunia yang diklasifikasikan sebagai ‘megadiverse’. Pada bulan September tahun lalu, pertemuan Kongres Konservasi Dunia di Prancis, menghasilkan 137 resolusi yang dijuluki ‘Marseille Manifesto’. Manifesto ini menyoroti peran penting yang diharapkan akan diperankan oleh Cekungan Kongo dalam komitmen global untuk melindungi 30 persen Bumi pada tahun 2030.

Tahun lalu di konferensi iklim PBB COP 26, selusin donor yang dijuluki sebagai Deklarasi Pemimpin Glasgow tentang Hutan dan Penggunaan Lahan, menjanjikan sekitar 1,5 miliar Dolar AS bekerja secara kolektif untuk menghentikan dan mengembalikan hilangnya hutan serta degradasi lahan pada tahun 2030.

Spons karbon Kongo juga berisiko dari penebangan skala besar, perluasan pertanian, dan rencana pengalihan air Sungai Kongo ke Danau Chad yang menyusut.