Cerita Menyusutnya Rumah Harimau di Hutan Sumatera

Penulis : Tim Betahita

World Tiger Day

Sabtu, 30 Juli 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  “Harimau saat ini tidak merespon positif terhadap elevasi, padahal bentang alam Sumatera kebanyakan berkontur terjal.”

Begitu ujar Hariyo T Wibisono, Direktur SINTAS Indonesia menerangkan ihwal kecenderung Sang Raja Rimba Sumatra kini memilih tempat tinggalnya.

Kesimpulan itu berarti kini, harimau sumatera berada di dataran yang ketinggiannya bergesekan dengan manusia. Bahkan, banyak bentang alam harimau sumatera didominasi kegiatan manusia. “Bisa berupa hunian (infratruktur) atau lahan pertanian hingga urusan kebutuhan manusia lainnya,” ujar Beebach -panggilan akrab Hariyo.

Beebach menerangkan pada 2010, ada 27 bentang alam tempat ditemukannya harimau di seluruh daratan Sumatera. Namun seiring waktu, pada 2015, terjadi kepunahan lokal di 4 bentang alam menjadi 23 bentang alam. Angka ini, menurut Hariyo, berdasarkan sebuah proses pengujian kesintasan populasi Harimau.

Tiga harimau sumatera yang ditemukan mati terkena jerat di lokasi yang sama di Desa Ie Buboh, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan./Foto: BKSDA Aceh

“70 persen bentang alam Sumatera berada di luar kawasan yang dilindungi,” kata Beebach--panggilan akrab Hariyo. Keempat bentang alam yang hilang dan tak lagi menjadi milik harimau sumatera adalah bentang alam Koto Tengah, Balai Raja, Bentayan dan Padang Sugihan.

Sebanyak 23 bentang alam yang kini tersisa terbagi menjadi 3 jenis yaitu lanskap besar dengan daya dukung lingkungan untuk lebih dari 70 harimau, lanskap sedang untuk populasi lebih kecil dari 70 dan lanskap kecil berupa lahan gambut yang tidak terlalu luas.

Penyebab Penyusutan Rumah Harimau Sumatera

Menurut dokumen SRAK Harimau Sumatera, deforestasi dan degradasi hutan Sumatera merupakan salah satu ancaman yang signifikan. Terutama terhadap jenis-jenis mamalia besar yang memiliki daerah jelajah yang luas seperti harimau.

Hilangnya hutan yang cukup luas dan cepat pada dasawarsa terakhir menyebabkan luas habitat harimau sumatera berkurang dan terpecah menjadi bagian-bagian kecil yang terpisah satu dengan yang lain.

Masih berdasarkan SRAK diperkirakan hampir 6.700.000 hektare tutupan hutan telah hilang dari pulau ini antara 1985-1997. Sedangkan antara tahun 2000-2005 Departemen Kehutanan memperkirakan deforestasi di Sumatera mencapai 1.345.500 hektare, dengan laju deforestasi per tahun seluas 269.100 hektare.

Daya Jelajah Harimau

Hutan yang menyempit membuat daya jelajah harimau sumatera menjadi terbatas. Dengan terbatasnya ruang gerak, konflik akan lebih cepat timbul akibat gesekan antar sesama individu, atau dengan aktivitas manusia. Berdasarkan dokumen SRAK, daerah jelajah harimau sumatera betina dewasa berkisar antara 40-70 km2. Sedangkan, daerah jelajah harimau sumatera jantan dewasa sangat bervariasi, yaitu antara 180 km2 pada kisaran ketinggian antara 100-600 meter di atas permukaan laut (m dpl.), 274 km2 pada kisaran ketinggian antara 600-1.700 m dpl., dan 380 km2 pada ketinggian di atas
1.700 m dpl.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi luas jelajah harimau sumatera adalah ketersediaan satwa mangsa. “Kini daya dukung itu menurun, bukan mustahil, bentang alam tanpa dayang dukungnya akan lekas punah,” ujar Beebach.

Bagaimana analisis lebih detailnya soal penguasaan bentang alam harimau oleh manusia? ikuti terus penelusuran betahita ihwal segala masalah Sang Raja Rimba Sumatera. Semua bakal dibahas tuntas secara kontinu dalam rangka memperingati hari Harimau Sedunia 2022, yang jatuh pada 29 Juli setiap tahunnya.