Gelap Terang Peredaran Gajah Indonesia: Merantau ke Mancanegara

Penulis : Tim Betahita

World Elephant Day

Jumat, 12 Agustus 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Ini kejadian pada 10 April 2022 lalu. Saat suasana kantor Direktorat Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Kepolisian Daerah Riau, mendadak beraroma khas. Empat batang gading gajah berukuran panjang 75-80 cm tergeletak di atas meja penyidik. Warnanya putih kecoklatan.

Di dekatnya tiga pria asal Sumatera Barat diberondong pertanyaan tanpa ampun oleh penyidik. Kepada penyidik mereka mengaku baru saja membeli empat batang gading gajah itu dari seseorang seharga Rp90 juta. Dari siapa? Mereka bungkam saat itu.

Kepolisian Riau membekuk para tersangka di Jalan Lintas Taluk Kuantan-Air Molek, Desa Lebuh Lurus, Kecamatan Inuman, Kuantan Singingi, Riau. Demi kelengkapan penyelidikan dan penyidikan, polisi masih mengembangkan kasus perdagangan organ tubuh hewan yang dilindungi undang-undang sekaligus Mamalia darat terbesar di muka bumi ini.

“Jika masih beraroma, biasanya itu masih hangat,” ujar Wishnu Sukmantoro, Elephant Conservation Specialist at Forest Wildlife Society. Artinya baru saja diambil dari tubuh sang gajah.

Ilustrasi Gajah Sumatera. (Yudi/Auriga Nusantara)

Polisi belum dapat menerka sumber gading gajah. Dalam catatan Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo, ada empat kejadian kematian gajah sepanjang 2020-2021 dari Taman Nasional Tesso Nilo. Namun semuanya tak menunjukkan tanda-tanda perburuan gading.

Perdagangan ini bukan kali pertama. Kejadian paling dekat dari penangkapan di Riau, terjadi pada 12 Juli 2021 lalu, ketika gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) jantan ditemukan mati mengenaskan dalam kondisi terpenggal kepalanya di kebun sawit PT Bumi Flora, Kabupaten Aceh Timur, Aceh. Belakangan diketahui gajah itu mati akibat perburuan gading.

Gajah berusia sekitar 12 tahun itu diracun kemudian dipenggal kepalanya untuk diambil gadingnya. 11 pelaku diringkus dan gading gajah itu diketahui dijual dengan harga Rp35 juta.

Jika terjadi berulang, pertanyaannya siapa pembeli gading-gading gajah Sumatra ini?

Peneliti Yayasan Auriga Nusantara, Riszki Is Hardiyanto menduga jika gading berasal dari sumber yang tak halal maka itu akan beredar di pasar gelap. Soal perdagangan gading gajah, Riszki menduga tiap daerah memiliki alur sama.

Dari aktivitas hulu ke hilir, saat diwawancarai Mongabay Indonesia April lalu Riszki mengklasifikasikan dua tipe pemburu, yakni, biasa dan profesional. “Pemburu biasa, untuk sampai ke pasar gelap masuk ke penampung terlebih dahulu melalui perantara. Sedangkan pemburu profesional, tanpa perantara sama sekali.”

Peredaran Gajah Indonesia di Dunia

Selain masuk ke pasar gelap yang kemudian cukup gelap juga untuk ditelusuri. Gajah juga berseliweran secara legal. Melalui CITES -perjanjian internasional yang melakukan pencatatan resmi terhadap peredaran satwa dan spesimennya guna perlindungan satwa liar dan tumbuhan- peredarannya kemudian ditelusuri.

Analisis data olahan dari Yayasan Auriga Nusantara menunjukkan menyebutkan peredaran gajah hidup hingga organ tubuh gajah sudah tercatat sejak 1981. Tujuannya, tidak hanya dalam negeri tapi juga beragam negara

Tercatat ada 13 negara penerima organ tubuh gajah Indonesia. Mereka adalah Argentina, Australia, Amerika Serikat, Belgia, Belanda, Canada, China, Jepang, New Zealand, Singapura, Thailand, Inggris dan Irlandia Utara, serta yang terakhir negara yang tercatat penerima terbesar organ tubuh Gajah Indonesia adalah Jerman.

Ya, dari ketiga belas negara ini Jerman memang jadi negara tujuan peredaran legal gajah Indonesia. Sejak 1996 hingga 2005 lalu, sebanyak 820 organ tubuh maupun gajah hidup dari Indonesia berangkat merantau ke sana. Dua ekor gajah hidup masuk kebun binatang, 880 lain berupa spesimen untuk alasan penelitian.

Urutan kedua diduduki, Amerika Serikat dengan jumlah peredaran mencapai 225 lalu lintas barang, sejak tahun 1983 hingga 2018. Berbeda dengan Jerman, tujuan peredaran gajah Indonesia ke negeri Paman Sam ini bentuknya lebih beragam. Semuanya berbentuk organ. Ada yang untuk penelitian, sisanya olahan yang bersifat komersial. Di urutan ketiga ada Inggris dan Irlandia Utara dengan dengan jumlah 214 peredaran, tiga diantaranya gajah hidup untuk keperluan kebun binatang, sisanya kebanyakan bagian dari gading gajah Indonesia.

Jenis olahan organ tubuh gajah Indonesia yang terdata merantau jauh itu memang beragam. Mulai dari gading gajah utuh, ukiran gading, ukiran tulang, rambut, pernak pernik dari gading gajah, perhiasan berbahan gading, kulit, spesimen gajah, bahkan hingga gajah hidup.

Dalam catatan CITES, tujuan dari pengiriman atau peredaran gajah Indonesia dan organ tubuhnya pun tercatat beragam. Mulai dari edukasi, penelitian, kebutuhan kebun binatang, komersil hingga dipertontonkan di sirkus dan pariwisata.

Perjalanan organ tubuh gajah Indonesia pertama yang tercatat resmi terjadi pada 1981. Jenis barang yang dikirim ke Timur Asia itu adalah ukiran gading berlabel kebutuhan personal. Bisa jadi hiasan rumah atau aksesoris lainnya.

Hari ini adalah Hari Gajah Sedunia. Hari di mana dunia memperingatinya dengan penuh kabar duka. Populasinya terus menurun. Rumahnya kian tergusur dan terancam.

Sebagai satwa yang secara undang-undang dilindungi, mamalia terbesar di muka bumi, miskin kabar baik. Bagaimana tidak? Catatan Auriga Nusantara menunjukkan selama periode 2005-2020 tercatat sebanyak 647 kasus konflik gajah-manusia terjadi di Aceh, atau dengan kata lain rata-rata terjadi 76 kali kasus konflik gajah-manusia per tahunnya.

Angka itu baru di Aceh. Belum lagi menghitung konflik di daerah lainnya. Selamat hari Gajah Sedunia!

Tulisan ini merupakan bagian kedua dari rangkaian reportase berseri dari betahita.id dalam rangka memperingati "World Elephant Day" yang jatuh pada 12 Agustus setiap tahunnya. Silakan ikuti penelusuran lainnya.