Sponsorship Coca Cola di COP27 Dianggap sebagai Greenwashing

Penulis : Aryo Bhawono

Perubahan Iklim

Rabu, 05 Oktober 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Kesepakatan sponsorship antara konferensi iklim PBB tahun ini, COP27, dengan Coca-Cola dikritik sebagai upaya greenwashing. Selama ini para juru kampanye lingkungan menggambarkan Coca-Cola sebagai pencemar utama di dunia. 

Cop27, yang akan diadakan di resor pantai Sharm el-Sheikh di Mesir pada 6-18 November nanti, adalah forum utama dunia bagi pemerintah, bisnis, dan organisasi lingkungan untuk mengatasi darurat iklim.

Koordinator Break Free From Plastic, Emma Priestland, mengatakan tindakan Coca-Cola mensponsori Cop27 adalah murni sebagai ‘greenwash’. Coca-Cola adalah salah satu pengguna plastik terbesar di dunia.

“Selama empat tahun, kami menemukan Cola-Cola sebagai pencemar plastik teratas dunia dalam audit merek tahunan kami. Sponsorship ini mengejutkan, bahwa perusahaan yang begitu terikat dengan industri bahan bakar fosil diizinkan untuk mensponsori pertemuan iklim yang begitu penting,” katanya seperti dikutip dari Guardian.

Seorang pria berjalan di atas gunungan botol-botol plastik sambil membawa sekarungnya untuk dijual untuk didaur ulang setelah menimbangnya di tempat pembuangan sampah di daerah kumuh Dandora di Nairobi, Kenya pada 5 Desember 2018. Sidang Majelis Lingkungan PBB, 28 Februari hingga 2 Maret 2022 di Kenya, diharapkan untuk mengusulkan kerangka kerja internasional untuk mengatasi masalah sampah plastik yang berkembang di lautan, sungai, dan lanskap dunia./Foto: AP/Ben Curtis

Juru kampanye lingkungan menggambarkan kemitraan itu sebagai hal yang membingungkan. Sebuah petisi yang dimulai oleh seorang delegasi di Cop26 di Glasgow telah menyerukan diakhirinya sponsor perusahaan dari forum dunia tersebut, dimulai dengan penghapusan Cola-Cola.

Direktur Kampanye Kelautan Greenpeace AS, John Hocevar, mengatakan sangat membingungkan bahwa Coca-Cola, sebagai pencemar plastik terbesar di dunia di semua audit merek global Break Free From Plastic, akan mensponsori Konferensi Para Pihak UNFCCC tahun ini di Mesir.

Menurut catatan mereka Coca-Cola memproduksi 120 miliar botol plastik sekali pakai setahun dan 99 persen plastik terbuat dari bahan bakar fosil yang memperburuk krisis plastik dan iklim.

“Mereka bahkan belum mengakui bahwa ini adalah masalah atau menjelaskan bagaimana mereka akan memenuhi tujuan iklim mereka tanpa mengakhiri kecanduan plastik mereka. Kemitraan ini merusak tujuan dari acara yang ingin disponsorinya,” ucapnya.

Sebelumnya perjanjian kerjasama dengan Coca-Cola ditandatangani oleh pemerintah Mesir dalam upacara penandatanganan di Kementerian Luar Negeri Mesir di Kairo. Kala itu Wakil Presiden Operasi Coca-Cola untuk Afrika Utara, Ahmed Rady, merasa yakin kerja sama melalui kemitraan yang berarti akan menciptakan peluang bersama bagi komunitas dan orang-orang di sekitar dunia dan di Mesir.

Pengumuman itu disambut dengan kekecewaan di media sosial. Tindakan itu dihujat sebagai contoh lain dari pencucian hijau perusahaan. 

Unilever, multinasional barang konsumen, adalah mitra utama di Cop26 di Glasgow tahun lalu. Sementara AG Barr, pembuat Irn-Bru, adalah pemasok minuman ringan dan air eksklusif di dua pusat konvensi di Glasgow selama konferensi COP26. Kesepakatan Irn-Bru dipandang sebagai kudeta pemasaran bagi perusahaan.

Nilai sponsorship itu mencapai 250 juta Poundsterling. Sementara perusahaan lain yang terlibat adalah Sky, Hitachi, National Grid, ScottishPower, Microsoft, NatWest, Sainsbury's dan Unilever.

Pihak Coca-Cola sendiri mengatakan berbagi tujuan menghilangkan limbah dari laut dan menghargai upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang tantangan ini. Mereka siap untuk melakukan bagian tugasnya dan telah menetapkan tujuan ambisius untuk bisnis.

“Dimulai dengan membantu mengumpulkan dan mendaur ulang botol atau kaleng untuk setiap botol yang kami jual – terlepas dari mana asalnya – pada tahun 2030,” tulis pernyataan resmi perusahaan itu.

Mereka menyebutkan telah menandatangani pernyataan bersama yang mendesak negara-negara anggota PBB untuk mengadopsi perjanjian global untuk mengatasi masalah sampah plastik melalui pendekatan ekonomi melingkar yang holistik pada 2020. Sedangkan dukungan untuk Cop27 sejalan dengan target berbasis sains perusahaan untuk mengurangi emisi karbon 25 persen pada tahun 2030.

Namun, Hocevar mengakui memangkas produksi plastik dan mengakhiri penggunaan plastik sekali pakai sejalan dengan menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat. “Jika Coca-Cola benar-benar ingin menyelesaikan krisis plastik dan iklim, ia perlu mematikan keran plastiknya,” imbuhnya.