Burung Paruh Katak yang Langka ditemukan di Pulau Curiak

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Biodiversitas

Kamis, 13 Oktober 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Peneliti Universitas Lambung Mangkurat (ULM) menemukan satwa langka burung paruh katak (Podargidae) di Pulau Curiak, kawasan yang menjadi Stasiun Riset Bekantan dan Ekosistem Lahan Basah “Sutarto Hadi”, di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Populasi burung ini disebut terus menurun, dan statusnya kini hampir terancam punah.

“Burung unik dan langka ini bertengger di dahan pohon putat (Planchonia valida) bersama dengan induk betina dan anaknya yang cukup besar,” ujar Amalia Rezeki, pengelola Stasiun Bekantan di Banjarmasin, Minggu (9/10/2022) dikutip dari Antara.

Amalia mengakui, selama melakukan lima tahun penelitian di kawasan stasiun riset ini, baru kali ini melihat buruh paruh katak yang warna bulunya cokelat atau keabu-abuan.

“Sebelumnya saya pernah melihat di kebun binatang di Australia, tapi ukurannya lebih besar,” ujarnya.

Burung paruh katak yang ditemukan peneliti ULM di Pulau Curiak, yang merupakan Stasiun Riset Bekantan dan Ekosistem Lahan Basah "Sutarto Hadi" di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan./Foto: Antara

Berdasarkan hasil observasi secara morfologi, lanjut Amalia, spesies burung Batrachostomus mixtus. Menurut literatur, burung yang populer dengan istilah "frogmouth" tergolong sebagai hewan nokturnal atau beraktivitas di malam hari dan bersifat endemik di Kalimantan, dan hidup di hutan dataran rendah, salah satunya mangrove.

Amalia mengatakan, sebagian besar burung pemakan serangga beraktivitas di siang hari (diurnal). Sedangkan burung pemakan serangga yang beraktivitas di malam hari, jumlahnya hanya dua suku, seperti burung cabak (Caprimulgidae) dan burung paruh katak.

Ferry F. Hoesain, praktisi Wildlife Conservation dari Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia mengatakan, populasi burung paruh katak di alam liar terus mengalami penurunan, sehingga burung tersebut masuk dalam daftar merah Lembaga Konservasi Internasional IUCN dengan status “Near Threatened” (hampir terancam punah).

Ferry berharap keberadaan burung paruh katak di kawasan Stasiun Riset Bekantan dapat terjaga dengan baik, mengingat burung endemik Kalimantan cukup langka. Apalagi jurnal ilmiah mengenai burung tersebut sangat minim sehingga perlu penelitian lebih lanjut tentang populasi serta perilaku burung tersebut untuk mendukung upaya pelestariannya.

Ferry mengatakan, penyebab utama penurunan populasi burung paruh katak adalah rusaknya habitat yang membuat burung tersebut sulit ditemui. Untuk itu, diperlukan upaya dari pemerintah untuk melindungi burung langka dan endemik agar terhindar dari kepunahan.

“Peran masyarakat juga diharapkan dapat menjaga kelangsungan hidup burung ini agar generasi selanjutnya dapat melihat dan menikmati keunikannya di alam liar,” katanya.