Ratusan Warga Papua Beri Penghormatan Terakhir untuk Filep Karma
Penulis : Sandy Indra Pratama
Aktivis HAM Papua
Selasa, 01 November 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Sejumlah warga dan aktivis mahasiswa di Jayapura, Papua, mengantar jenazah tokoh perjuangan Papua Filep Jacob Semuel Karma dari Rumah Sakit Bahayangkara menuju rumah duka. Hal itu merupakan bentuk penghormatan terakhir bagi Filep (63 tahun), yang ditemukan tewas di Pantai Base-G, Selasa (1/11) pagi.
"Kami menghormati perjuangan beliau," kata Manu Ivarayaba salah satu mahasiswa yang terlibat dalam aksi penghormatan itu. Menurut Manu, jenazah Filep akan disemayamkan di rumah duka di bilangan Dok 5 Kota Jayapura, Papua, dikutip dari media warga Papua Bakarbatu.id.
Dalam kondisi duka ini, Ketua Dewan Adat Papua Dominikus Sorabut menyerukan agar warga Papua turut berkabung atas kehilangan tokoh perjuangan Papua tersebut. Dalam rangkaian aksi penghormatan ini, sempat ada rencana untuk mengarak jenazah Filep dengan berjalan kaki. Namun, Domikus berpendapat, hal itu tidak memungkinnkan.
Warga, mahasiswa dan para tokoh Papua akhirnya berunding dan bersepakat untuk meniadakan aksi jalan kaki dalam mengantar jenazah Filep ke persemayaman terakhirnya.
Tokoh perjuangan Papua Filep Karma ditemukan meninggal di bibir pantai kawasan base G, Jayapura, Papua.
Jenazah Filep ditemukan oleh warga pada pukul 07.00 waktu setempat. Anak perempuannya, Adrevina Javiera Karma, menyatakan ditelepon pagi hari dan datang ke lokasi untuk memastikan identitas jenazah.
“Terima kasih teman-teman semua yang mengetahui bapak sebagai seorang tokoh politik Papua. Saya berduka, saya sedih sekali, karena bapak kita sudah meninggalkan kita semua,” ungkapnya dalam rekaman video yang diterima redaksi Betahita pada Selasa (1/11/2022).
Adrevina mengetahui meninggalnya Filep setelah dihubungi melalui telepon mengenai penemuan jenazah di base G. “Tadi pagi saya baru ditelepon, diberitahukan segera ke Base G, dan sampai di Base G saya menemukan bapak dalam keadaan meninggal dunia,” jelasnya.
Ia menceritakan sebelumnya ada saksi yang sempat bertemu dengan ayahnya dan sempat berenang bersama. Pagi, rencana mereka mau menyelam tetapi kondisi air pasang sehingga saksi tersebut tidak ikut dan pulang tanpa Filep.
Adrevina sendiri mengikuti visum luar yang dilakukan pihak rumah sakit Hasilnya, Filep meninggal karena tenggelam. “Pada saat itu (bapak) menyelam dan terdampar di Base G,” ujarnya.
Ia berharap yang terbaik untuk bapaknya dan menegaskan kematian Filep adalah karena kecelakaan. Menurutnya tak perlu ada isu dan hoax mengenai adanya tindak kekerasan atas kematian Filep.
“Kami mohon bantuan teman-teman untuk menyampaikan ke yang lain, tidak perlu ada kekerasan atau isu dia mau apa. Kumpul masa dan lain sebagainya. Kita perlu mendoakan bapak.
Filep merupakan tokoh pejuang kemerdekaan Papua. Ia sempat memimpin pengibaran bendera Bintang Kejora di Biak pada 1998 dan akhirnya dipenjara dan baru dibebaskan pada 2000.
Pada 2004 ia menggelar peringatan kemerdekaan pada 1 Desember 2004 hingga dituduh makar dan dikenai penjara 15 tahun. Ia pun dibebaskan pada 19 November 2015 melalui remisi dari pemerintahan Joko Widodo. Remisi ini sendiri ia tolak.
Dia sempat mengkritik dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Papua kian marak di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo..
Laporan Setara Institute terakhir menyebutkan dugaan peristiwa pelanggaran HAM di Papua dan Papua Barat sepanjang 2015-2016 kian meningkat. Sebanyak 16 peristiwa terjadi pada 2015, lantas meningkat menjadi 68 peristiwa di medio 2016.
Mengenang sosok Filep, Direktur Eksekutif Yayasan Pusaka Bentala Rakyat, Franky Samperante mengatakan bahwa sosok Filep merupakan orang yang sangat baik. Ia , menurut Angky, merupakan tokoh dengan tingkat solidaritas yang tinggi.
“Kesan khusus saya terhadap beliau adalah ucapannya soal jangan pernah takut untuk bicara kebenaran dan hidup sehat,” ujar Angky. Ia mengaku sangat kehilangan sosok Filep.