Pendanaan Pensiun Dini PLTU Ditengarai Tak Bersih Batu Bara

Penulis : Aryo Bhawono

Energi

Sabtu, 19 November 2022

Editor : Raden Ariyo Wicaksono

BETAHITA.ID -  Indonesia mendapatkan dua pendanaan transisi energi saat pertemuan G20 di Bali. Namun pendanaan ini masih membuka potensi penggunaan batu bara untuk energi.

Pendanaan transisi energi di Indonesia diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Selasa (15/11/2022). AS dan negara G7 berkomitmen untuk mendanai hingga 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp 311 triliun (asumsi kurs Rp 15.564 per dolar AS) untuk mempercepat pelaksanaan transisi energi di Indonesia.

Pendanaan ini nantinya dimasukkan ke dalam payung Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE), salah satunya untuk suntik mati PLTU.

"Bersama kita memobilisasi US$ 20 miliar dalam pengembangan EBT dan mendukung transisi energi untuk menjauhi batu bara," tuturnya, seperti dikutip dari saat KTT G20 di Bali, Selasa (15/11/2022), seperti dikutip dari CNBC Indonesia. 

Ilustrasi pencemaran udara akibat aktivitas PLTU. Foto: iStock

Sebelumnya Jepang melakukan pertemuan dengan Indonesia dan berkomitmen akan menerima pendanaan hingga 500 juta dolar AS atau sekitar Rp 7,8 triliun (asumsi kurs Rp 15.564 per dolar AS ) untuk melaksanakan transisi energi. Komitmen ini akan dieksekusi melalui inisiatif Asia Zero Emission Community (AZEC).

Kesepakatan pembentukan konsep AZEC ini disampaikan dalam pertemuan bilateral kedua kepala negara, yakni Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida di The Apurva Kempinski Bali, Senin, 14 November 2022.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif turut hadir mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan tersebut.

"Melalui inisiatif AZEC ini, Indonesia mendapatkan prioritas pertama pendanaan sebesar US$ 500 juta untuk mengimplementasikan program transisi energi dan memperluas kerja sama serta inisiatif dekarbonisasi publik-swasta," ungkap pernyataan resmi Kementerian ESDM, dikutip Rabu (16/11/2022).

Peneliti dan Senior Manajer Program Trend Asia, Andri Prasetiyo, menyatakan perlu melihat lebih rinci pendanaan ini untuk benar-benar menekan batu bara sebagai sumber energi. Selama ini Jepang sendiri telah mengumumkan hibah sebesar 25 juta dolar AS untuk kemitraan Mekanisme Transisi Energy (Energy Transition Mechanism/ ETM) yang digagas oleh Asian Development Bank (ADB). Indonesia telah sepakat dan akan melaksanakan pensiun dini PLTU melalui skema ETM ini. 

Menurut Andri, perlu dipastikan apakah ETM ini menjadi bagian dari AZEC, dan apakah AZEC merupakan bagian dari JETP. 

“Ini juga bisa jadi inisiatif baru, tapi harus dipastikan uang yang diberikan ke Indonesia bentuknya apa, apakah loan atau conventional finance. Kalau Jepang menjanjikan mobilisasi sektor swasta, berarti concern lebih besar,” ucap dia. 

Namun hal terpenting yang menjadi catatannya adalah pentingnya penghentian batu bara sebagai sumber energi. Masalahnya pada ETM terdapat klausul repurposing (penggunaan ulang). Padahal tadinya tertulis early retirement (pensiun dini). 

Klausul ini justru membuka penggunaan batu bara melalui bauran, misalnya saja dengan co firing, biomas, amonia grey, dan hydrogen.

“Ini artinya batu bara masih digunakan dan Jepang cukup menguasai teknologi ini,” jelasnya.

Ia mengingatkan Jepang memiliki cukup banyak PLTU di Indonesia. Jika pendanaan ini menggunakan utang maka kepentingan Jepang adalah menyelamatkan asetnya sendiri.