Alam Butuh USD384 Miliar pada 2025

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Lingkungan

Selasa, 06 Desember 2022

Editor :

BETAHITA.ID - Badan Pengawas Lingkungan PBB memperkirakan, pada 2025 mendatang investasi untuk melindungi dan mengelola ekosistem dunia yang lebih baik mencapai USD384 miliar. Angka itu lebih dari dua kali lipat dari level saat ini, untuk menjaga dari ancaman perubahan iklim dan hilangnya sumber daya alam.

Perhitungan ini bakal menginformasikan pertemuan puncak keanekaragaman hayati yang dimulai pekan depan di Montreal, Kanada, di mana banyak negara akan mencoba menyepakati kesepakatan untuk melindungi alam dan satwa liar dari kehilangan lebih lanjut dan degradasi spesies dan bentang alam.

Saat ini, sekitar USD154 miliar dihabiskan setiap tahunnya, terutama oleh pemerintah, untuk tindakan melindungi dan mengelola air, tanah, udara, dan satwa liar dengan lebih baik, yang dikenal sebagai "solusi berbasis alam," kata Program Lingkungan PBB (UNEP) dalam sebuah laporan.

"Ini harus meningkat beberapa kali lipat jika kita ingin mengatasi tiga krisis degradasi lahan, iklim dan alam," kata Ivo Mulder, Kepala Unit Keuangan Iklim UNEP.

Foto udara hutan lindung Wehea, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Dok Lembaga Adat Wehea

Mulder menambahkan, sekitar 50 persen dari PDB global bergantung pada ekosistem yang sehat dan berfungsi dengan baik. Sehingga seharusnya tidak terlalu sulit bahkan jika ingin hidup melalui berbagai krisis, seperti perang di Ukraina dan inflasi yang melonjak.

Sementara itu, pemerintah membelanjakan USD500 miliar-USD1 triliun per tahun untuk subsidi yang berpotensi merusak perikanan, pertanian, dan bahan bakar fosil, menurut laporan tersebut.

Lebih dari 100 negara mendaftar tahun lalu di Kota Kunming, China, untuk bekerja menuju perlindungan keanekaragaman hayati. Tetapi mereka gagal menyepakati masalah termasuk mendanai konservasi di negara-negara miskin.

Pertemuan tahun ini dijadwalkan berlangsung di Kunming, tetapi tempatnya diubah karena pembatasan nol-COVID. China akan terus menjabat sebagai presiden.

Terakhir kali para pemimpin dunia menandatangani pakta keanekaragaman hayati, di Aichi, Jepang, pada 2010, mereka menetapkan target untuk mencoba memperlambat kehilangan pada 2020, tidak ada yang tercapai.

Pelaku sektor swasta, yang menyumbang hanya 17 persen dari pengeluaran untuk solusi berbasis alam terlepas dari komitmen mereka untuk mengurangi emisi karbon dan deforestasi.

"Harus menggabungkan 'nol bersih' dengan 'positif alam'," kata UNEP.

REUTERS