Panas Ekstrem dan Kekeringan akan Melanda 90% Populasi Dunia

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Sabtu, 14 Januari 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Lebih dari 90% populasi dunia diproyeksikan menghadapi peningkatan risiko dari dampak gabungan dari panas ekstrem dan kekeringan. Hal ini berpotensi memperlebar kesenjangan sosial serta merongrong kemampuan alam untuk mengurangi emisi karbon dioksida di atmosfer. 

Hal itu dilaporkan dalam studi dari School of Geography, University of Oxford, diterbitkan di jurnal Nature Sustainability. Pemanasan diperkirakan akan menyebabkan bahaya lebih masif, sepuluh kali lipat secara global di bawah jalur emisi tertinggi. 

Tahun 2022 mencatat rekor suhu di berbagai wilayah, dari London hingga Shanghai. Hal ini diproyeksikan terus berlanjut di seluruh dunia, dan berdampak pada kekeringan dan panas ekstrem. Ketika digabungkan, dua fenomena ini membawa ancaman dan risiko yang jauh lebih signifikan terhadap populasi dan ekosistem, ketimbang saat dinilai secara terpisah. 

Ancaman gabungan ini dapat memiliki dampak sosial-ekonomi dan ekologi yang parah yang dapat memperburuk ketidaksetaraan sosial, karena diproyeksikan akan berdampak lebih parah pada orang-orang miskin dan daerah pedesaan.

Ilustrasi gelombang panas ekstrem. Foto: iStock

Penelitian tersebut mengatakan: “Frekuensi bahaya dari gabungan ekstrim diproyeksikan meningkat sepuluh kali lipat secara global karena efek gabungan pemanasan dan penurunan penyimpanan air terestrial, di bawah skenario emisi tertinggi. Lebih dari 90% populasi dunia dan PDB diproyeksikan terkena risiko yang meningkat di iklim masa depan, bahkan di bawah skenario emisi terendah."

"Dengan menggunakan simulasi dari model besar…dan dataset anggaran karbon yang dihasilkan pembelajaran mesin baru, kami mengukur respons produktivitas ekosistem terhadap tekanan panas dan air pada skala global," kata Dr. Jiabo Yin, peneliti tamu dari Wuhan University yang terlibat dalam studi tersebut. 

Yin mengatakan, hasilnya menunjukkan dampak yang menghancurkan dari ancaman majemuk pada alam — dan ekonomi internasional. Dia mengatakan, ketersediaan air yang terbatas akan mempengaruhi kemampuan "penyerap karbon"—kawasan keanekaragaman hayati alami—untuk menyerap emisi karbon dan mengeluarkan oksigen. 

Sementara itu profesor di Oxford University, Prof. Louise Salter, mengatakan: "Memahami bahaya yang bertambah dalam pemanasan bumi sangat penting untuk implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB, khususnya SDG13 yang bertujuan untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.”

Phys.org