India Diprediksi Kembali Mengalami Gelombang Panas Tahun Ini

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Minggu, 05 Maret 2023

Editor : Raden Ariyo Wicaksono

BETAHITA.ID -  India diperkirakan akan mengalami gelombang panas antara Maret dan Mei tahun ini. Prediksi ini terutama di negara bagian utama penghasil gandum di wilayah tengah dan utara, menurut kantor cuaca nasional. 

Prakiraan cuaca tersebut muncul usai India mencatat suhu maksimum tertingginya pada bulan Februari. Gelombang panas selama dua tahun berturut-turut dapat mengurangi produksi gandum, rapeseed, dan buncis. Ini juga akan mempersulit upaya pemerintah untuk menurunkan inflasi pangan. 

Temperatur yang lebih tinggi juga dapat meningkatkan konsumsi daya di atas suplai selama musim panas.

"Peningkatan kemungkinan terjadinya gelombang panas selama musim Maret hingga Mei kemungkinan terjadi di banyak wilayah di India Tengah dan sebelah Barat Laut," kata Departemen Meteorologi India (IMD) dalam sebuah pernyataan resmi.

Orang-orang tidur di atas atap untuk menyejukkan badan selama gelombang panas di New Delhi, India. Beberapa tahun terakhir, India mengalai cuaca panas ekstrem lebih sering. Foto: Tsering Topgyal/AP via ndrc.org

Maret adalah bulan yang penting untuk kematangan tanaman yang ditanam pada musim dingin. Namun suhu maksimum di atas normal kemungkinan terjadi di sebagian besar negara kecuali India semenanjung, kata otoritas setempat.

"Tanaman gandum telah mengalami tekanan karena suhu yang lebih tinggi. Bulan Maret yang lebih hangat pasti akan menyebabkan kehilangan hasil panen," kata dealer yang berbasis di Mumbai dikutip Reuters

Sebagai informasi, India menanam tanaman gandum satu kali dalam setahun, yakni pada Oktober dan November. Panen kemudian dimulai pada bulan Maret. 

Sebelumnya gelombang panas membatasi produksi gandum India pada tahun 2022 dan memaksa produsen terbesar kedua di dunia itu untuk melarang ekspor.

Suhu maksimum rata-rata di bulan Februari adalah 29,54 derajat Celcius, tertinggi sejak 1901, ketika IMD mulai merekam catatan cuaca. Menurut catatan IMD, curah hujan di negara tersebut 68% lebih rendah dari biasanya pada Februari.

Pejabat pemerintah memperingatkan tahun lalu bahwa negara Asia Selatan itu dapat mengalami gelombang panas yang lebih sering di masa depan dan suhu rata-rata, bahkan selama musim hujan, telah meningkat selama dua dekade terakhir.