Masyarakat Diminta Tak Merambah Pegunungan Cycloop

Penulis : Aryo Bhawono

Hutan

Kamis, 09 Maret 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Penjabat (Pj) Bupati Jayaputa, Triwarno Purnomo, meminta masyarakat yang tinggal di lereng Kawasan Cagar Alam Cycloop (Siklop) untuk tidak membuka lahan atau kebun baru di seluruh kawasan penyangga hingga kawasan cagar alam. Kerusakan kawasan itu dapat membahayakan seluruh wilayah Sentani.  

“Selama ini sudah diimbau, saya tetap tindak tegas, saya tidak main-main untuk hal ini,” ujar Triwarno di Kantor Bupati Gunung Merah Sentani pada Selasa (7/3/2023) seperti dikutip dari Jubi. .

Selama ini intensitas cuaca hujan yang tinggi selama ini mengakibatkan Kota Sentani dan sejumlah tempat lainnya terendam air. Jalan raya dipenuhi sampah, pasir dan lumpur, termasuk bongkahan kayu, hingga batang-batang pohon yang besar. Ini bukti bahwa ada penebangan yang dilakukan secara rutin dan terus menerus di kawasan cagar alam itu.

“Dampaknya kemarin, bersama sejumlah instansi teknis, sudah kami datangi tempat-tempat yang terdampak langsung dan saat ini BPBD sedang melakukan pertemuan dengan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mencari solusi terbaik,” jelasnya.

Pegunungan Siklop dilihat dari danau Sentani. Sumber foto: Pemkab Jayapura

Tanggung jawab untuk menjaga Pegunungan Cycloop dan seluruh kawasan cagar alam serta daerah penyangga, dari timur hingga barat ataupun dari utara ke selatan, adalah tugas dan tanggung jawab bersama.

Intinya, kata dia, jangan tebang pohon sembarang, tidak boleh membuka lahan atau perkebunan baru di Pegunungan Siklop dan masyarakat di kota jangan buang sampah sembarangan juga. 

Drainase kota yang berukuran kecil ini tidak mampu menampung semua yang sampah. Sedang saat ini drainase itu dipaksa menampung sampah kecil hingga batang pohong yang besar.

“Kita sudah punya pengalaman yang buruk pada 2019 lalu tepat di bulan Maret seperti saat ini, dan semua tidak mau hal ini terulang kembali, kuncinya adalah jaga alam di sekitar kita maka alam pun akan menjaga kita,” katanya.

Sebelumnya Ketua Pemuda Peduli Lingkungan Hidup (PPLH) Kabupaten Jayapura, Manase Bernard Taime, mengatakan kebun warga ini berada di enam lapisan gunung dan berada di daerah lembah merambah cagar alam itu. Perambah menebang pohon dan membuang kayunya ke sungai besar yang alirannya menuju ke kota. 

Ia khawatir kayu yang dibuang ke sungai, ditambah dengan longsoran tanah di pinggiran sungai akan membentuk bendungan alami. Bendungan ini akan bisa memicu banjir bandang lebih besar dari bencana yang sama pada 2019 lalu.

“Mulai dari lapisan pertama sampai lapisan ke-5 dan ke-6 dirambah dan dijadikan perkebunan berhektar-hektar. Kebun yang ditanami labu siam, gedi, pisang, petatas, bayam, buah merah, rica ini sangat mengancam kehidupan masyarakat yang ada di Kabupaten Jayapura. Sebab kebun liar yang ukurannya berhektar-hektar ini hampir semua mengarah ke kali,” ujar Taime.