Angka Pengungsi Tembus Rekor Karena Perang dan Krisis Iklim 

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Sabtu, 13 Mei 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Jumlah pengungsi internal (IDP) mencapai rekor 71,1 juta di seluruh dunia pada tahun 2022. Menurut data yang diterbitkan Kamis, 12 Mei, 2023, hal ini disebabkan oleh konflik seperti perang di Ukraina dan bencana iklim seperti banjir monsun di Pakistan. 

Pusat Pemantauan Pemindahan Internal (IDMC) yang berbasis di Jenewa mengatakan bahwa angka tersebut mewakili peningkatan 20% sejak 2021. Salah satunya disumbang oleh jumlah orang yang melarikan diri untuk mencari keselamatan dan perlindungan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pengungsi internal diartikan sebagai seseorang yang terpaksa melarikan diri dari tempat tinggalnya, namun tetap berada di negara asal. IDMC mengatakan bahwa hampir tiga perempat orang telantar di dunia tinggal di 10 negara, termasuk Suriah, Afghanistan, Republik Demokratik Kongo (DRC), Ukraina, dan Sudan, karena konflik yang mendorong perpindahan signifikan pada tahun 2022.

Sementara itu perang di Ukraina memicu hampir 17 juta pengungsian tahun lalu, menurut IDMC.

Seorang pengungsi menggendong anaknya di depan tenda pengungsian El Radoum, Dardur Selatan, Sudan. Dok UNHCR/Behrooz

“Konflik dan kekerasan memicu 28,3 juta pengungsi internal di seluruh dunia. Angka ini tiga kali lebih tinggi dari rata-rata tahunan selama satu dekade terakhir,” tulis IDMC.

Sebagian besar perpindahan manusia tahun lalu - sebanyak 32,6 juta - disebabkan oleh bencana termasuk banjir, kekeringan dan tanah longsor.

"Konflik dan bencana digabungkan tahun lalu telah memperburuk kerentanan dan ketidaksetaraan yang sudah ada sebelumnya, memicu perpindahan dalam skala yang belum pernah terlihat sebelumnya," kata Jan Egeland, sekretaris jenderal Dewan Pengungsi Norwegia, yang mendirikan IDMC pada 1998.

“Perang di Ukraina juga memicu krisis ketahanan pangan global yang paling parah melanda para pengungsi internal. Badai yang sempurna ini telah merusak kemajuan bertahun-tahun yang dicapai dalam mengurangi kelaparan dan kekurangan gizi global,” pungkas Egeland.