Suhu Bumi: Indonesia Panas? Antarktika Sudah Gerah Sejak 1997

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Senin, 16 Oktober 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Lebih dari 40% lempengan es di Antartika menyusut sejak 1997 dan hampir setengahnya tidak menunjukkan tanda pemulihan. Perubahan ini diyakini ilmuwan berkaitan langsung dengan kerusakan iklim. 

Para ilmuwan di University of Leeds, Inggris, menghitung bahwa 67 triliun ton es hilang di wilayah barat sementara 59 ton bertambah di wilayah timur antara tahun 1997 dan 2021. Ini mengakibatkan kehilangan bersih sebesar 7,5 triliun ton.

Hal ini disebabkan oleh menghangatnya air di sisi barat Antartika, yang mendorong pencairan tersebut. Sementara di sisi timur lapisan es tetap sama atau bertambah dengan semakin dinginnya suhu air di wilayah tersebut. 

“Setengah bagian barat terkena air hangat, yang dapat dengan cepat mengikis lapisan es dari bawah, sedangkan sebagian besar Antartika bagian timur saat ini terlindung dari air hangat di dekatnya oleh lapisan air dingin di pantai,” kata Benjamin Davison, pakar observasi Bumi dan pemimpin studi tersebut. 

Lautan es di Antartika. Foto: Unsplash

“Ada gambaran beragam tentang kerusakan lapisan es, dan ini berkaitan dengan suhu laut dan arus laut di sekitar Antartika,” kata Davison. 

Lapisan es berada di ujung gletser dan memperlambat laju alirannya ke laut. Ketika menyusut, gletser melepaskan lebih banyak air tawar ke laut sehingga dapat mengganggu arus Samudra Selatan.

Para ilmuwan mengukur perubahan es dari tahun ke tahun menggunakan satelit yang dapat melihat menembus awan tebal selama malam kutub yang panjang.

Para peneliti mengamati lebih dari 100.000 gambar yang diambil dari luar angkasa untuk menganalisis kesehatan lapisan es, yang dapat berdampak buruk bagi seluruh dunia, dan mempublikasikan temuan mereka di jurnal Scientific Advances.

Diperkirakan 67 triliun ton air tawar yang dilepaskan ke laut selama periode 25 tahun mempengaruhi arus laut yang mengangkut panas dan nutrisi ke seluruh dunia.

Para ilmuwan meyakini hilangnya es ini akibat dari krisis iklim. Pasalnya akan ada lebih banyak es yang tumbuh kembali jika hal ini merupakan bagian dari siklus variasi alami.

“Kami memperkirakan sebagian besar lapisan es akan mengalami siklus penyusutan yang cepat namun berumur pendek, kemudian tumbuh kembali secara perlahan. Sebaliknya, kami melihat hampir separuhnya menyusut tanpa ada tanda-tanda pemulihan,” kata Davison. 

Penelitian lain baru-baru ini juga menemukan bahwa Antartika kemungkinan akan mengalami pemanasan hampir dua kali lipat dibandingkan wilayah lain di dunia dan lebih cepat dari perkiraan model krisis iklim.