5 Orangutan Dilepasliarkan di TN Bukit Baka Bukit Raya

Penulis : Betahita.id

Biodiversitas

Kamis, 19 November 2020

Editor :

BETAHITA.ID -  Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) dan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ketapang melepasliarkan 5 orangutan di kawasan TNBBBR, Rabu (11/11/2020).

Kelima orangutan yang dilepasliarkan terdiri dari 3 individu  jantan bernama Jacky, Beno, dan Puyol, serta 2 individu betina bernama Oscarina dan Isin.

Baca juga: Tiga Spesies Orangutan Indonesia, Begini Ciri Khasnya
Orangutan Sumatera di Jantho Aceh Melahirkan, Eja Namanya

Kepala Balai TNBBBR, Agung Nugroho, menyatakan bahwa kegiatan pelepasliaran ini setelah serangkaian kegiatan dan kajian. Dirinya berharap, orangutan yang dilepaskan di dalam kawasan TNBBBR ini mampu membentuk populasi baru, dan mempertahankan eksistensi spesiesnya. Sebelumnya, pada bulan Februari 2020, pihaknya juga melepasliarkan 5 individu orangutan.

“Semua kegiatan dan kajian ini, dilakukan untuk memastikan semua orangutan yang telah dilepasliarkan dapat hidup aman, dan tercukupi pakannya. Ketika pelepasliaran dilakukan, bukan berarti kerja kita selesai. Tim monitoring akan tetap bekerja selama lebih kurang tiga bulan, untuk memastikan setiap orangutan yang dilepasliarkan dapat beradaptasi dengan habitat barunya,” katanya.

Pelepasan orangutan di TN Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) 13/11/2020. (Humas KLHK)

Dipilihnya kawasan ini menjadi lokasi pelepasliaran, karena kondisi hutannya yang sesuai dengan keberadaan pohon pakan orangutan yang berlimpah. Meski jarak dan akses yang berat, kondisi ini menguntungkan untuk keamanan kelima individu orangutan tersebut. Dibutuhkan waktu sekitar 27-28 jam dari Kabupaten Ketapang menggunakan transportasi darat dan sungai untuk menuju lokasi pelepasliaran ini.

“Dengan dilepasliarkannya 5 individu orangutan ini, maka telah dilepasliarkan 51 individu orangutan di wilayah kerja Balai TNBBBR, yang terdiri dari 10 individu orangutan liar/translokasi, dan 41 individu orangutan hasil rehabilitasi dari Pusat Penyelamatan Konservasi Orangutan (PPKO) Ketapang,” tutur Agung.

Kepala BKSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor Adirahmanta, dalam keterangannya menyampaikan penyelamatan satwa berupa evakuasi, translokasi dan beberapa kegiatan lain seperti penyuluhan dan penyadartahuan, merupakan bagian dari solusi konflik satwa dan manusia. Perlu disadari bersama, bahwa sebagai bagian dari ekosistem dan sebagai bagian dari alam, manusia harus bisa menerima kehadiran komponen alam lainnya, termasuk satwa liar.

“Sudah waktunya masing-masing belajar hidup berdampingan dalam harmoni. Manusia sebagai makhluk yang dianggap paling cerdas, memiliki tanggung jawab terbesar untuk mewujudkan dan menjaga harmonisasi alam,” ungkapnya.

Sebelum dilakukan pelepasliaran, kelima orangutan tersebut telah menjalani proses rehabilitasi, dan kajian medis serta perilaku. Sebagian besar mereka, berasal dari penyerahan masyarakat, dan beberapa bahkan telah menjadi satwa peliharaan masyarakat.

Jacky orangutan jantan berumur 7 tahun ini merupakan orangutan hasil penyerahan masyarakat di daerah Hulu. Kondisi Jacky pada saat diserahkan dalam keadaan sehat meski sudah lama dalam pemeliharaan warga. Jacky berada di pusat rehabilitasi sejak bulan Agustus 2013.

Sedangkan Beno, merupakan orangutan jantan berumur 8 tahun yang berasal dari daerah Simpang Dua, dan telah dipelihara dari tahun 2013. Saat dievakuasi Beno dalam kondisi leher terikat rantai serta ditempatkan di belakang rumah.

Orangutan jantan ketiga adalah Puyol, merupakan orangutan jantan berumur 12tahun hasil penyelamatan pada Desember 2010 di Dusun Kelampai Desa Kedondong, Kendawangan. Puyol ditemukan tim BKSDA Kalimantan Barat dan YIARI di rumah seorang warga ketika Tim sedang melakukan penyelamatan orangutan lain. Puyol ditemukan di pinggir jalan dalam kondisi dirantai dan mengalami luka pada bagian perut dan lengannya.

Oscarina merupakan orangutan peliharaan warga Pontianak berumur 11 tahun. Pada saat diserahkan Oscarina menderita penyakit kulit yang cukup parah. Hal ini disebabkan pakan yang diberikan merupakan pakan manusia, sehingga besar kemungkinan penyakit kulit yang diderita akibat alergi. Sedangkan Isin merupakan orangutan betina berumur 7 tahun yang berasal dari daerah Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara. Isin ditemukan pada saat bermain di daerah perkebunan sawit yang berdekatan dengan pemukiman penduduk.

Diharapkan dengan pelepasliaran ini populasi orangutan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya serta di Kalimantan Barat pada umumnya akan terus terjaga dan lestari.