Antara Luhut, Smelter dan Rencananya

Penulis : Tim Betahita

Tambang

Kamis, 25 Maret 2021

Editor :

BETAHITA.ID -  Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan perkembangan pembangunan proyek smelter di Indonesia yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Total, sebetulnya Indonesia memiliki sembilan proyek smelter. Sebagian dalam proses pembangunan dan lainnya sudah operasional.

"Ini yang saya sampaikan semua sudah jalan, sebagian sudah produksi, sebagian under construction (pembangunan konstruksi)," ujarnya dalam acara Mining Forum CNBC Indonesia, kemarin.

Smelter yang pembangunannya jalan tersebut antara lain, smelter alumina di KEK Galang Batang dengan nilai investasi US$1,9 miliar. Fasilitas pengolahan dan pemurnian ini ditargetkan Commercial Operating Date (COD) atau beroperasi pada 2021.

Ilustrasi bijih nikel.

Kemudian, smelter ferronikel di Kawasan Industri Morowali Utara dengan nilai investasi US$1,9 miliar. Smelter ini ditargetkan COD pada kuartal IV 2021. Lalu, Smelter alumina dan baja di Tanah Kuning Industrial Park dengan nilai investasi US$1,5 miliar.

Smelter ini ditargetkan COD pada 2022 dan 2025. Adapula smelter di Kawasan Industri Tanjung Enim yang menghasilkan produk dimethyl ether (DME). Smelter ini ditargetkan COD pada 2024 dengan nilai investasi US$2,1 miliar.

Luhut juga mengungkapkan perkembangan proyek smelter di Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera Tengah. Ia menuturkan PT Freeport Indonesia (PTFI) akan menandatangani kerja sama pembangunan smelter tembaga di kawasan itu dengan perusahaan asal China bernama Tsingshan Steel. Rencananya, peresmian kerja sama itu akan dilakukan pekan depan.

"Mudah-mudahan saja tidak ada perubahan apa-apa. Minggu depan, kami akan tanda tangan pembangunan smelter di Weda Beyantara Freeport dengan Tsingshan," ujarnya.

Selain smelter tembaga, Kawasan Industri Weda Bay telah memiliki smelter nikel yang saat ini telah beroperasi.

"Ada 12 ribu hektare, nanti integrated industry yang ada di sana dan kami harap smelter tembaga ini akan mulai produksi 2023," ucapnya.

Sebelumnya, Luhut pernah mengungkapkan kerja sama investasi itu mencapai US$2,8 miliar. Nantinya, mineral tembaga akan diolah menjadi cobalt lewat fasilitas pemurnian tersebut. Selain itu, smelter juga akan menghasilkan asam sulfat yang menjadi bahan baku baterai litium.

CNNINDONESIA|