Investasi Cina Terus Naik di Indonesia, Terbesar di Batu Bara

Penulis : Kennial Laia

Energi

Rabu, 12 Mei 2021

Editor : Kennial Laia

BETAHITA.ID -  Investasi dari Republik Rakyat Tiongkok di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Data olahan Yayasan Auriga Nusantara mengungkap, jumlah pendanaan ke berbagai sektor, termasuk di proyek strategis nasional (PSN).

Menurut Peneliti Tambang dan Energi Auriga Widya Kartika, Cina merupakan investor terbesar di Indonesia berdasarkan rilis realisasi investasi kuartal 2019 milik Badan Koordinasi Penanaman Modal. Trennya pun meningkat signifikan dalam lima tahun terakhir. Dalam periode 2015-2019, negeri tersebut telah menggelontorkan cuan sebesar US$ 13,8 miliar.

“Tren investasi Cina di Indonesia naik signifikan lima tahun terakhir, terutama saat Presiden Joko Widodo terlibat dalam proyek OBOR (One Belt One Road) Cina atau BRI Project,” terang Widya kepada Betahita, Rabu, 12 Mei 2021.

Trennya pun mengalami peningkatan. Pada 2015, negeri tirai bambu berinvestasi sebesar US$ 0,6 miliar di Indonesia. Angka itu naik drastis pada 2016, sebesar US$ 2,7 miliar, dan kembali naik menjadi US$ 3,4 miliar pada 2017. Angka itu sempat menurun di US$ 2,4 miliar pada 2018, namun naik hampir dua kali lipat tahun berikutnya sebesar US$ 4,7 miliar.

PLTU Kumai 2x7 MW, Kotawaringin Barat. Ditinjau dari keekonomian, biaya produksi listrik PLTU batu bara tidaklah murah dibanding energi terbarukan./Foto: Raden Ariyo W/Betahita.id

Menurut Widya, Tiongkok melirik proyek strategis seperti infrastruktur serta sektor tambang dan manufaktur, terutama pembangunan smelter.

Pendanaan Cina di proyek strategis nasional terus mengalami peningkatan. Salah satu proyek pionir yang dibiayai Tiongkok adalah proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142,3 kilometer pada 2014.

Program ini diinisiasi OBOR yang merupakan strategi pembangunan pemerintah Cina yang berfokus pada konektivitas dan kerja sama antarnegara terutama antara Cina dan negara-negara Eurasia.

Selain proyek kereta cepat, Tiongkok juga melirik berbagai sektor di Indonesia. Pada 2020, negara tersebut mendistribusikan duit ke 12 sektor, mulai dari Pendidikan, perumahan, hingga infrastruktur dan energi. Angkanya mencapai Rp 3,5 triliun.

Data olahan Auriga mengungkap, porsi penanaman modal negeri tirai bambu terbesar di sektor energi (batu bara dan pembangkit listrik batu bara), sebesar Rp 1,5 triliun. Sektor kedua terbesar adalah kawasan Rp 637,600 miliar; disusul jalan dan jembatan Rp 598,700 miliar dan kereta Rp 522,400 miliar.

Terhadap besarnya investasi di sektor energi tersebut, Widya mengatakan Indonesia perlu waspada karena negara tersebut dikenal buruk dalam pengelolaan lingkungan dan hak asasi manusia. 

“Berdasarkan catatan dari KPK, memang mereka menghimbau dan menyarankan berhati-hati karena Cina terkenal dengan buruknya tata kelola, terutama dalam HAM dan lingkungan,” pungkasnya.