Hari Gajah Sedunia: Gajah Sumatera vs Segalanya

Penulis : Sandy Indra Pratama

Analisis

Kamis, 12 Agustus 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Hari ini adalah Hari Gajah Sedunia. Cerita soal Gajah tak pernah genah. Di Indonesia, Gajah Sumatera, Menurut IUCN Red List dikategorikan Critically Endangered, artinya sudah sangat terancam kepunahan.

Populasi Gajah pada 2017 menurut data dari dokumen Rencana Tindakan Mendesak Penyelamatan Populasi Gajah Sumatera 2020-2023, diperkirakan tinggal 1.694-2.038 individu. Mereka tersebar di tujuh provinsi yang meliputi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung.

Berbincang soal kepunahan, pasti ada lawan yang menyebabkan Gajah Sumatera terancam punah. Tapi, siapa saja lawan Gajah Sumatera sebenarnya?

Masih menurut data dari dokumen Rencana Tindakan Mendesak Penyelamatan Populasi Gajah Sumatera 2020-2023, deforestasi atau berkurangnya tutupan lahan hutan merupakan punca masalah. Hutan sebagai habitat asli gajah kini diketahui terus menyusut. Masih berdasar kepada dokumen resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada 2000, luas hutan di Provinsi Riau dan Jambi masih 7,8 juta Ha.

Seekoranak Gajah Sumatera lahir di Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, Riau pada Jumat (18/09/2020) sekitar pukul 03.00 WIB dini hari. Anak gajah tersebut berjenis kelamin betina yang lahir dari induk Gajah Sumatera yang bernama Nia.(Humas KLHK)

Namun dari tahun ke tahun luasannya terus menyempit hingga data pada 2014 diketahui, luas hutan di dua provinsi mengalami penurunan 3,4 juta Ha atau setara 43,6% dari jumlah luasan hutan sebelumnya.

Kondisi ini yang membuat status populasi Gajah Sumatera saat ini menjadi kritis (Critically Endangered). Penurunan populasi dan hilangnya habitat menyebabkan populasi gajah terpecah, mengelompok di kantong - kantong populasi yang lebih kecil.

Dengan daya dukung yang semakin terbatas dan adanya tabiat perkawinan sedarah (inbreeding), Gajah semakin terpojok, terlebih saat ia berada di dalam kantong populasi yang kecil. Sebab dua konflik penyebab kepunahan tadi peluang terjadinya menjadi lebih tinggi. Masalah ini merupakan ancaman yang sangat serius bagi populasi kecil.

Menurut data IUCN, Sepanjang 2011-2017, telah terjadi kepunahan lokal pada 20 kantong habitat Gajah. Sehingga kini hanya terdapat 22 kantong populasi gajah di seluruh Sumatera. Itu pun beberapa diantara kantongnya berada dalam kondisi kritis.

Sebanyak lima kantong habitat berada di Aceh. Empat kantong di Riau dan Sumatera Selatan, Dua di Lampung, dan masing-masing saut kantong tersebar di Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu dan perbatasan di setiap provinsi tadi.

Berdasarkan dokumen SRAK Gajah 2020-2023, kematian gajah in-situ di Indonesia terfokus di Aceh, Riau,Jambi dan Lampung. Dalam 10 tahun terakhir penyebab utamanya adalah konflik gajah dengan manusia, perburuan, sakit dan beberapa kematian dengan kondisi tidak teridentifikasi.

Di Aceh, kematian gajah terfokus di Aceh Timur dan Aceh Tengah. Kondisi yang kritis bagi kantong gajah juga dialami di Subbusalam (Aceh Selatan). Sementara di Riau, kematian gajah terpusat di Tesso Nilo dengan kematian di 2013 – 2014 mencakup 80 persen dari seluruh kematian gajah di Riau.

Balai Raja dan Giam Siak menduduki tempat kedua sebagai lokasi dengan jumlah kematian gajah dan manusia tertinggi di Propinsi Riau.

Di Jambi, kantong gajah di Tebo memiliki jumlah kematian gajah yang lebih tinggi dibandingkan lokasi lain di sana. Konflik dengan manusia yang berkepanjangan menjadi sebab utamanya.

Dua kantong gajah yang merupakan wilayah rawan kematian Gajah Lampung, yaitu di Bukit Barisan Selatan (BBS) dan Way Kambas. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2004, estimasi populasi gajah di BBS mencapai angka 498 individum sedangkan berdasarkan survei genetik pada tahun 2017, estimasi populasi menunjukkan angka 122 individu.

Sementara itu lebih ngerinya lagi, berdasarkan data CRU dalam 5 tahun terakhir, tidak dijumpai lagi gajah jantan di Way Kambas.

Hari ini adalah Hari Gajah Sedunia. Cerita soal Gajah tak pernah genah.