IPCC: Emisi Gas Rumah Kaca Harus Capai Puncaknya 4 Tahun Lagi

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Sabtu, 14 Agustus 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Dalam empat tahun ke depan, emisi gas rumah kaca global harus mencapai puncaknya empat tahun ke depan. Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan gas harus ditutup dekade berikutnya. Masyarakat dunia harus melakukan perubahan gaya hidup dan perilaku. Langkah ini semua untuk menghindari kerusakan iklim.

Hal itu tertulis dalam bocoran draf laporan dari otoritas terkemuka dunia yang berkecimpung dalam sains iklim. Laporan ini juga menyebut bahwa orang kaya di setiap negara jauh lebih bertanggung jawab atas pemanasan global ketimbang orang miskin, dengan kepemilikan mobil SUC dan konsumsi daging. 

Menurut laporan The Guardian (12/08), kebocoran tersebut berasal dari bagian ketiga dari laporan mendatang milik Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC). Untuk diketahui, bagian pertama laporan telah terbit Senin lalu, disebut dengan Laporan Penilaian Keenam. Isinya memperingatkan bahwa perubahan iklim yang kini terjadi memiliki beberapa dampak yang tidak diubah.

Laporan yang bocor tersebut seharusnya terbit Maret 2022. Namun sebuah kelompok kecil ilmuwan memutuskan untuk membagikan drafnya melalui Scientist Rebellion cabang Spanyol, bagian dari gerakan Extinction Rebellion. Laporan tersebut pertama kali diberitakan oleh jurnalis Juan Bordera di majalah daring lokal bernama CTXT. 

Poster protes tentang krisis iklim. Foto: iglobal.org

Saat ini 10% negara penghasil emisi global merupakan negara kaya berjumlah sekitar 10%. Kontribusinya antara 36% dan 45%, 10 kali lipat dari 10% negara termiskin (yang bertanggung jawab hanya sekitar 3-5%), menuru laporan tersebut. 

Pola konsumsi konsumen berpenghasilan tinggi dikaitkan dengan jejak karbon yang besar. Emisi teratas mendominasi emisi di sektor-sektor utama, misalnya 1% teratas menyumbang 50% emisi dari penerbangan,” kata ringkasan draf laporan.

Laporan juga menggarisbawahi perubahan gaya hidup akan diperlukan, terutama di negara kaya dan diantara orang kaya secara global. Menahan diri dari suhu rumah terlalu panas atau terlalu dinign, berjalan dan bersepeda, mengurangi perjalanan udara dan menggunakan peralatan yang memakan energi lebih sedikit dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pengurangan emisi yang dibutuhkan.

Pola makan di banyak bagian dunia kaya juga perlu diubah. “Pergeseran ke pola makan dengan porsi protein nabati yang lebih tinggi di daerah dengan konsumsi kalori dan makanan sumber hewani yang berlebihan dapat menyebabkan pengurangan emisi yang substansial, sekaligus memberikan manfaat kesehatan … Pola makan nabati dapat mengurangi emisi hingga 50% dibandingkan dengan rata-rata diet barat yang intensif emisi,” kata laporan itu.

Pemotongan emisi dalam dekade berikutnya akan sangat penting untuk menahan pemanasan global dalam 1,5C dari tingkat pra-industri. Jika tidak, dampak kerusakan iklim akan menyebabkan kehancuran yang meluas. 

“Tindakan jangka pendek yang lemah akan membuat target iklim di luar jangkauan, karena memerlukan asumsi tentang percepatan pengembangan kebijakan dan pengembangan serta penerapan teknologi berikutnya, tidak konsisten dengan bukti dan proyeksi dalam literatur yang dinilai,” laporan tersebut memperingatkan.

Namun, investasi yang diperlukan untuk menggeser ekonomi global ke pijakan rendah karbon juga belum tersedia. Investasi saat ini tidak cukup memadai, bahkan untuk menahan pemanasan hingga batas 2C yang lebih tinggi, menurut laporan itu.

“Infrastruktur dan investasi yang ada dan yang direncanakan, kelembaman institusional dan bias sosial terhadap status quo mengarah pada risiko terkuncinya emisi di masa depan yang mungkin mahal atau sulit untuk dikurangi,” kata para ilmuwan.

Aset yang terdampar akan menjadi masalah yang berkembang, karena pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas dengan masa kerja yang biasanya diukur dalam beberapa dekade harus dinonaktifkan dalam sembilan hingga 12 tahun konstruksi, kata laporan.

Para ilmuwan menggemakan saran baru-baru ini dari Badan Energi Internasional bahwa tidak ada pengembangan bahan bakar fosil baru yang dapat terjadi jika dunia ingin tetap berada dalam suhu 1,5 derajat Celcius.

Laporan tersebut juga menegaskan kembali perlunya mengurangi separuh emisi dalam dekade berikutnya untuk tetap berada dalam 1,5C dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050.

Merawat hutan dan lahan dengan lebih baik sebagai penyerap karbon yang penting juga akan membantu membatasi kenaikan suhu, tetapi tidak boleh terlalu diandalkan. Walau biayanya relatif rendah, cara ini disebut tidak dapat mengimbangi pengurangan emisi yang lambat di sektor lain, kata laporan itu.