Pemimpin Umat Kristiani Dunia Kompak Berseru Soal Krisis Iklim

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Rabu, 08 September 2021

Editor :

BETAHITA.ID -  Para pemuka agama Kristiani dunia melakukan deklarasi bersama ihwal krisis iklim yang kini melanda dunia. Dalam deklarasi yang baru pertama kali dalam sejarah ini, Paus Fransiskus sebagai Pemimpin Gereja Katolik Roma, Patriark Ekumenis Bartholomew, Pemimpin Spiritual Gereja Ortodoks, dan Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, yang merupakan Pemimpin Persekutuan Anglikan global mengeluarkan peringatan bersama tentang dunia yang sedang menghadapi saat kritis karena krisis iklim mengancam masa depan bumi.

“Menyerukan untuk seluruh umat dunia, atas apapun kepercayaan dan pandangan mereka untuk mendengarkan tangisan bumi dan orang-orang miskin,” ujar para pemuka agama dalam sebuah pernyataan yang dikutip The Guardian, Selasa (7/9)

Menurut mereka, hari ini merupakan hari pembayaran terhadap kondisi darurat iklim yang manusia ciptakan dan besok mungkin bisa lebih buruk lagi. “Ini adalah saat yang kritis. Masa depan anak-anak kita dan masa depan rumah (bumi) kita bersama bergantung padanya.”

Ketiga pemimpin agama juga meminta umat untuk berdoa bagi para pemimpin dunia menjelang Cop26 -KTT lingkungan global di Glasgow musim gugur ini. “Doa juga harus dipanjatkan untuk pengorbanan bersama, bekerja bersama dan tangung jawab bersama untuk melindungi seluruh sumber daya alam,” ujar mereka.

Orang-orang dengan “tanggung jawab yang luas” atau para pemimpin negara, kata mereka, harus memimpin transisi umat manusia menuju ekonomi yang adil dan berkelanjutan. “Kami berdiri di hadapan keadilan yang keras: hilangnya keanekaragaman hayati, degradasi lingkungan, dan perubahan iklim adalah konsekuensi yang tak terhindarkan dari tindakan kami, karena kami telah dengan rakus mengkonsumsi lebih banyak sumber daya Bumi daripada yang dapat ditanggung planet ini,” begitu bunyi pernyataan para pemimpin agama.

Paus Fransiskus (aleteia.org)

Dalam pernyataan lain, para pemimpin agama kristiani juga berseru bahwa umat yang paling menghadapi ketidakadilan yang mendalam atau orang-orang yang menanggung konsekuensi paling parah, dari rusaknya lingkungan, adalah, “mat yang termiskin di planet ini dan paling tidak bertanggung jawab untuk menyebabkannya.”

Dunia menurut pernyataan bersama, menyaksikan sendiri kejahatan dari penolakan untuk melindungi dan melestarikan bumi. Sekarang, pada saat ini, umat memiliki kesempatan untuk bertobat, berbalik dalam tekad, menuju ke arah yang berlawanan. Manusia, lantas harus mengejar kemurahan hati dan keadilan dalam cara hidup, bekerja dan menggunakan uang, bukan semata untuk keuntungan egois.

“Demi anak-anak hari ini, kita harus memilih untuk makan, bepergian, membelanjakan uang, berinvestasi, dan hidup secara berbeda, tidak hanya memikirkan kepentingan dan keuntungan langsung tetapi juga manfaat masa depan. Kami bertobat dari dosa generasi kami,” ujar para pemimpin agama.

Kesempatan pernyataan bersama ini merupakah sejarah. Sebab ini merupakan pertama kalinya tiga pemimpin agama “merasa terdorong untuk bersama-sama mengatasi urgensi kelestarian lingkungan”.

Paus Fransiskus, yang berencana untuk tampil singkat di KTT Cop26 pada November, telah menyoroti masalah kerusakan iklim dan kelestarian lingkungan sejak menjadi paus pada 2013.

Pada tahun 2015, ia mengeluarkan ensiklik yang kuat, Laudato Si’, yang menekankan konsumsi berlebihan, keserakahan perusahaan, dan tanggung jawab individu.