Perusahaan dan Lembaga Keuangan Tanpa Komitmen Akhiri Deforestasi

Penulis : Kennial Laia

Deforestasi

Selasa, 21 Februari 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Laporan terbaru mengungkap bahwa sepertiga dari perusahaan yang paling banyak terkait dengan penghancuran hutan hujan tropis belum menetapkan satu kebijakan pun tentang deforestasi. 

Global Canopy, yang melakukan analisis tersebut, menemukan bahwa 31% dari perusahaan dengan pengaruh besar pada risiko deforestasi tropis melalui rantai pasokannya tidak memiliki komitmen deforestasi tunggal untuk komoditas apapun yang terkait dengan operasi perusahaan. 

Menurut penelitian tersebut, meski banyak pihak telah menetapkan kebijakan, hal ini tidak terpantau dengan baik. Artinya deforestasi masih bisa terjadi dalam rantai  produksi komoditasnya. Dari 100 perusahaan dengan komitmen deforestasi untuk setiap komoditas yang terpapar, hanya 50% yang memantau pemasok atau sumber daerah mereka sejalan dengan komitmen deforestasi mereka untuk setiap komoditas.

“Kita telah melewati tiga tahun dari tenggat waktu (2020) yang ditetapkan oleh banyak organisasi untuk menghentikan deforestasi. Kini tersisa dua tahun lagi dari tenggat waktu PBB tahun 2024 bagi perusahaan dan lembaga keuangan untuk menghapuskan deforestasi yang didorong oleh komoditas, konversi, dan pelanggaran hak asasi manusia yang terkait,” tulis Global Ganopy dalam laporannya yang bertajuk Forest 500 tersebut. 

Sektor peternakan di Amazon Brasil adalah pendorong deforestasi terbesar di dunia, menyumbang satu dari setiap delapan hektare yang dihancurkan secara global. Setelah hutan hujan dibakar atau ditebang habis untuk diambil kayunya, para peternak dengan cepat memindahkan ternak untuk memakan rumput. Saat ini sapi lebih banyak dari manusia di Brasil, dan jutaan sapi tersebut berada di wilayah Amazon – menempati sekitar 60 persen area yang terdeforestasi. Foto: Greenpeace

“Tanggal target ini sangat penting untuk memenuhi target nol bersih global kami dan mencegah bencana perubahan iklim.”

Sebelumnya para pemimpin dunia sepakat untuk menghapus deforestasi dari rantai pasokan pada COP26 tahun 2021. Pembukaan lahan oleh manusia menyumbang hampir seperempat dari emisi gas rumah kaca. Sebagian besar berasal dari perusakan hutan dunia untuk produk pertanian seperti minyak sawit, kedelai, dan daging sapi.

Laporan tersebut menyebut lembaga keuangan memiliki catatan buruk tentang deforestasi. Global Canopy mencatat bahwa lembaga keuangan yang teridentifikasi telah memberikan dana sebesar US$6,1 triliun kepada perusahaan dalam rantai pasokan yang berisiko terhadap hutan. Namun “hanya sebagian kecil dari lembaga keuangan yang paling terpapar deforestasi menangani deforestasi sebagai risiko sistemik”.

Data dari organisasi itu menyebut, 92 dari lembaga keuangan (61%) yang paling terpapar deforestasi tidak memiliki kebijakan deforestasi yang mencakup pinjaman dan investasi mereka, dan hanya 48 (32%) lembaga keuangan yang secara terbuka mengakui deforestasi sebagai risiko bisnis.

Laporan tersebut menyerukan kepada perusahaan dan lembaga keuangan untuk mengakui deforestasi sebagai risiko bagi bisnis mereka, dan menetapkan kebijakan untuk mengakhiri praktik tersebut dalam rantai pasokan mereka. Organisasi tersebut juga meminta pemerintah untuk mengatur lebih baik, dan memasukkan lembaga keuangan dalam peraturan ini. Banyak negara telah berkomitmen untuk mengakhiri deforestasi di bawah Deklarasi Glasgow tentang Hutan dan Penggunaan Lahan, Perjanjian Paris, dan Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global. Namun, sebagian besar belum menerapkan kebijakan untuk menerapkannya.