Ihwal Problematik Sponsor dan Komitmen Lingkungan Coldplay

Penulis : Gilang Helindro

Lingkungan

Jumat, 19 Mei 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Organisasi pembela lingkungan, Jikalahari, mengingatkan grup band asal Inggris Coldplay ihwal komitmen hijau mereka soal kelestarian lingkungan hidup dunia. Peringatan ini menyangkut Beberapa nama besar yang masuk dalam jajaran partner konser Coldplay, antara lain NesteBMW, dan DHL, serta sponsor resmi konser di Indonesia, BCA.

Khusus buat BCA, Jikalahari bahkan mendesak Coldplay, untuk mengkaji ulang sponsorshipnya. Sebab, dalam temuan Jikalahari dan Forest and Finance, Bank Central Asia (BCA) mendanai korporasi pulp dan kertas serta sawit yang menyebabkan deforestasi, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), merampas hutan dan tanah masyarakat adat serta merusak keanekaragaman hayati. 

Made Ali, Koordinator Jikalahari mengatakan, Coldplay memilih BCA sebagai salah satu sponsor resmi konser di Indonesia karena komit BCA terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan atau environmental, social, and corporate governance (ESG). 

“Coldplay jangan mau ditipu dengan ESG di atas kertas. Coldplay perlu melihat secara langsung deforestasi yang terjadi di Indonesia yang dilakukan oleh korporasi pulp dan kertas serta sawit yang terus didanai lembaga jasa keuangan yang salah satunya dibiayai oleh BCA,” katanya dalam keterangan resmi.

2020 lalu, ada lima kabupaten/kota yang tergolong cukup luas kejadian Karhutla yakni Kabupaten Indragiri Hilir, 479 ha, Bengkalis 384 ha, Siak 176 ha, Pelalawan 142 ha dan Kota Dumai 95 ha. Sementara untuk tahun 2021, daerah dengan luas Karhutla terbanyak yakni Bengkalis 418 ha, Dumai 172 ha, Indragiri Hilir 164 ha, Rokan Hilir 153 ha dan Siak 110 ha. Foto Istimewa

Menurut hasil analisis data Forest and Finance, sejak 2012 hingga 2022, BCA mendanai grup pulp dan kertas, serta sawit dengan total $ 5.174 juta atau setara dengan Rp 76,6 triliun. 

Pendanaan ini mengalir ke Sinarmas Group dan RGE untuk sektor pulp dan kertas, sedangkan korporasi sawit menerima pendanaan seperti Salim Group, Rajawali Nusantara, Sinarmas Group, DSN Group, Fangiono Agro Plantation, Jardine Matheson Group dan Gozco Group. 

“Sepanjang pendanaan yang diberikan BCA, sepanjang itu pula korporasi melakukan kejahatan lingkungan, merusak hutan alam dan konflik di 8 provinsi yaitu Riau, Sumatera Utara, Jambi, sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Papua,” katanya.

Coldplay direncanakan akan konser di Indonesia 15 November 2023 mendatang. Sejak 2019, Coldplay mulai komit pada isu lingkungan. Coldplay sempat menyatakan tidak akan mengadakan konser hingga bisa digelar secara lebih rama lingkungan. 

Konser di Indonesia, Coldplay komit dan melabeli akan ramah lingkungan seperti produksi panggung dengan energi terbarukan dan super rendah emisi, menggunakan pesawat komersial, penonton konser dapat menggunakan sepeda dan gerakan di lantai stadion yang menghasilkan listrik serta menanam satu pohon untuk satu tiket penonton.

“Konsep ramah lingkungan Coldplay tanpa memitigasi dan mengakampanyekan kejahatan korproasi sektor sumber daya alam, perampasan hutan tanah masyarakat adat, perusakan flora dan fauna serta isu perubahan iklim, hanyalah konser yang sia-sia yang justru tidak ramah lingkungan,” Katanya.

Temuan terbaru, di tengah riuh publik membeli tiket konser Coldplay, pantauan hotspot melalui satelit Terra Aqua-Modis sepanjang Januari hingga Mei 2023 di areal korporasi yang mendapat pendanaan dari BCA terdapat 196 hotspot yang tersebar di APP Sinarmas 76 titik dan APRIL Grup 117 titik. 

Sedangkan melalui satelit NASA VIIRS-MODIS dengan confidence <70% menyimpulkan 5 titik panas terdeteksi di konsesi APP yaitu PT Ruas Utama Jaya, PT Satria Perkasa Agung, PT Arara Abadi Siak, PT Mitra Hutani Jaya. Titik juga terdeteksi di konsesi milik APRIL Grup yaitu 1 titik di PT Sumatera Riang Lestari blok IV, 2 titik di PT RAPP Pelalawan, 2 titik di PT Uniseraya, 1 titik di PT RAPP Sungai Kampar dan 1 titik di PT Sumatera Riang Lestari blok VI.

“Konser ramah lingkungan Coldplay patut diapresiasi, namun perhatian untuk mengurangi emisi CO2 bukan hanya memperhatikan sumber energi hijau dan bahan bakar sustainable. Coldplay juga harus tahu emisi CO2 tertinggi justru muncul dari kebakaran hutan lahan yang terjadi di areal korporasi yang didanai oleh BCA selaku sponsor Coldplay,” katanya.

Kronik Sponsor Coldplay 

Sebelumnya, kronik persoalan Coldplay dan sponsornya sempat menghangat tahun lalu. Saat Carlos Calvo Ambel, direktur senior The Transport and Environment (T&E) mengkritik tajam keputusan Coldplay untuk bekerja sama dengan perusahaan Neste -perusahaan biofuel dari Finlandia- yang dituding melakukan deforestasi untuk mendapatkan bahan mentah energi mereka.

“Neste menggunakan Coldplay untuk membersihkan reputasinya. Ini adalah perusahaan yang terkait dengan jenis deforestasi. Coldplay harus menghentikan kemitraan mereka dengan Neste sekarang dan fokus pada solusi yang benar-benar bersih,” kata pegiat lingkungan itu.

Coldplay pun angkat suara mengenai kritikan dari aktivis lingkungan itu. Mereka mengatakan jika sebelum menandatangani kesepakatan itu kedua pihak telah melakukan perjanjian terkait penggunaan bahan mentah dalam proses produksi perusahaan Neste.

Lantas, kritk serupa pernah dialami Coldplay ketika bekerja sama dengan sebuah perusahaan. Saat itu BMW menggandeng Coldplay sebagai media promosi.

"BMW melobi untuk mencegah Uni Eropa menetapkan batas waktu sampai 2035 untuk kendaraan menjadi nol emisi saja dan mereka telah dapat menggunakan Coldplay," ujar Eoin Dubsky, manajer kampanye senior untuk Sum Of Us.