LIPUTAN KHUSUS:
Sampah di Pantai Bali Sebabkan Penyu Terjebak dan Mati
Penulis : Tim Betahita
Di antara delapan penyu itu, ada satu ekor penyu jenis sisik mati di tumpukan sampah di Pantai Berawa, Kecamatan Kuta Utara, Badung, Bali.
Biodiversitas
Rabu, 15 Desember 2021
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Setidaknya sebanyak delapan ekor penyu terdampar dan terjebak di tumpukan sampah kayu dan plastik di kawasan Pantai Kabupaten Badung, Bali. Di antara delapan penyu itu, ada satu ekor penyu jenis sisik mati di tumpukan sampah di Pantai Berawa, Kecamatan Kuta Utara, Badung, Bali.
Dari catatan Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Bali, ada enam penyu yang terdampar dan terjebak ditumpukan sampah di Pantai Berawa, pada Minggu (12/12) kemarin. Kemudian, pada Sabtu (11/12) juga ditemukan satu ekor penyu sisik di Pantai Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Badung, dan satu ekor penyu jenis lekang di Pantai Munggu, Kabupaten Badung.
"Untuk enam penyu ditemukan pada Minggu di Pantai Berawa. Dari enam ekor, satu ekor mati dan satu ekor kondisinya lemas, yang empat ekor sudah dilepaskan karena kondisi sehat. Dan dua ekor ditemukan di Pantai Canggu dan Pantai Munggu," kata Kepala BPSPL Denpasar, Permana Yudiarso
Sementara, satu ekor penyu yang mati langsung dikuburkan di lokasi dan satu penyu yang lemas masih dirawat Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan, Denpasar.
Ia menyebutkan penyu-penyu tersebut ditemukan di tumpukan sampah kayu di tepi pantai dan kemungkinan penyebab penyu itu terdampar karena terjebak sampah di tengah laut dan mengganggu pergerakan penyu lalu dihempas gelombang dan terdampar di tumpukan sampah yang berserakan.
"Kemungkinan, saat itu gelombangnya besar dan tumpukan sampah banyak di laut dan si penyu itu berada di sekitar itu dan dia terbawa arus atau ombak tergulung tumpukan sampah itu. Makannya, dia terseret ke darat bukan karena dia makan sampah. Tapi, karena dia terjebak ditumpukan sampah di tengah laut sana, ketika gelombang besar dia terbawa," ujarnya.
Ia mengatakan, bahwa memang di pantai selatan Bali adalah salah satu tempat penyu mencari makan dan bermain di tepi pantai pesisir dan sementara sifat penyu di laut berenang terapung dan sesekali masuk ke dalam air. Sehingga, potensi tersapu gelombang sangatlah besar.
"Kalau penyu yang mati itu, dugaannya sih mati karena kena tumpukan sampah itu. Penyu itu, tempat bermain dan makanannya di sekitar pantai pesisir kalau ikan di dalam air berenangnya. Kalau penyu, berenang di permukaan dan sesekali dia masuk di dalam air," ujarnya.
"Ini alarm bagi kita, sampah itu kan banyak penyebabnya kalau terus-terusan dibiarkan dampaknya bisa tadi ada penyu mati, atau mungkin ada lumba-lumba dan paus mati kita kan tidak ngerti. Ini alarm kalau tidak dilakukan sesuatu iya bahaya," ujar Yudiarso.
400 Ton Sampah di Pantai Bali
Tumpukan sampah kayu dan plastik berserakan di sepanjang Pantai Berawa, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali. Sejak akhir pekan hingga berita ini ditulis, petugas kebersihan mengumpulkan sekitar 400 ton sampah.
"Kami sudah hampir tangani 400 ton, dari hari Sabtu dini hari," kata Putu Suantara selaku Kepala Bidang Pengelolaan Kebersihan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun DLHK Badung, Bali.
Ia mengatakan, sampah-sampah itu diketahui terdampar sejak Jumat (10/12) malam lalu. Kemudian, langsung ditangani dengan mengerahkan 350 personil yang dibantu masyarakat sekitar dan relawan.
"Hampir 400 personel, kalau digabung relawan dan masyarakat sekitar di sepanjang Pantai Berawa," imbuhnya.
Namun, kendati telah dibersihkan sampah-sampah itu masih saja berdatangan dan ditengah laut masih terlihat banyak sampah yang terombang-ambing.
"Pembersihan, sampai saat ini masih berlangsung. Jadi, kami prioritas penanganan di sini karena volumenya cukup banyak. Ini penanganan sudah berlangsung dari hari Sabtu dini hari sampai saat ini, masih berlangsung dan sampah-sampah kirimannya masih datang terus ini," ungkapnya.
Ia menyebutkan, untuk prediksi sampah-sampah datang atau terdampar lagi, pihaknya tidak mengetahui dan pihaknya terus akan melakukan penanganan sampah-sampah yang 90 persen didominasi oleh sampah kayu.
"Sampah-sampah itu tidak tentu, tidak bisa diprediksi kadang malam dia terdampar. Sekarang, masih banyak yang terombang-ambing ditengah laut yang kita tidak bisa prediksi apakah dia terdampar atau dia akan ditarik lagi oleh arus kedalam (laut)," ujarnya.
Ia mengatakan, melihat pengalaman sebelumnya sampah-sampah terus berdatangan hingga Bulan Maret tergantung situasi angin barat.
"Kalau, pengalaman tahun-tahun sebelumnya itu sampai Maret bisa berlangsung, karena angin barat ini. Cuman, terdamparnya bis di sisi timur dan sisi utara atau pantai bagian selatan," ujar Suantara.