LIPUTAN KHUSUS:

Serangan ASF di Kalbar akibatkan 44 Ribu Ekor Babi Mati


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Sejak September 2021 hingga 8 Februari babi yang mati akibat serangan ASF di Kalbar mencapai sekitar 44.321 ekor

Biodiversitas

Sabtu, 19 Februari 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - African Swine Fever (ASF) juga menyerang sejumlah kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar). Di provinsi itu serangan ASF telah mengakibatkan sekitar 44.321 ekor babi mati. Hal tersebut berdasarkan data yang diririls Dinas Pangan Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalbar pada 8 Februari 2022 lalu.

Disebutkan, kematian puluhan ribu babi akibat serangan gelombang ketiga flu babi Afrika yang melanda Kalbar. Ada 10 kabupaten kota yang ada mengalami serangan ASF ini, yakni Kabupaten Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Sekadau, Sanggau, Landak, Bengkayang, Mempawah, Singkawang dan Kubu Raya.

ASF sendiri merupakan penyakit menular dan mematikan bagi babi, yang disebabkan oleh virus. Virus ini termasuk DNA yang mempunyai spesifikasi asfviridae. Namun, penyakit yang ditimbulkan oleh virus tersebut bukan merupakan penyakit zoonosis yang mampu menular dari hewan kepada manusia, maupun sebaliknya.

Akan tetapi penyakit ini memiliki tingkat kematian yang mencapai 100 persen. Sampai saat ini ASF yang hanya menyerang babi ini belum ditemukan obatnya, begitu juga dengan vaksinnya. Walaupun tidak membahayakan manusia, apabila tidak diputus mata rantainya dan berulang kali terjadi, penyakit ini tentu dapat mengakibatkan kerugian sektor sosial dan ekonomi.

Ilustrasi hewan ternak babi mati mendadak terserang virus ASF./Foto: Antara

"Untuk Kalimantan Barat sendiri kasus pertama kali di Kabupaten Kapuas Hulu, Desa Datah Dian pada September 2021, dan menyebar ke Kabupaten Sintang dan Melawi," kata M. Munif, Kepala Dinas Pangan Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalbar, dikutip dari HiPontianak, Kamis (17/2/2022).

Munif menjelaskan, pada gelombang pertama, September 2021, kasus kematian babi terjadi di 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Kapuas Hulu, Sintang dan Melawi dengan kematian babi yang terjadi sebanyak 460 ekor.

Kemudian pada gelombang kedua, Desember 2021, babi yang mati akibat ASF ini mencapai 11.845 ekor. Kabupaten terdampak bertambah setelah virus tersebut dilaporkan mengakibatkan kematian babi di Kabupaten Landak, Mempawah, Kubu Raya dan Singkawang.

Terakhir gelombang ketiga, 31 Januari 2022, total kematian babi akibat ASF bertambah menjadi 17.845 ekor dan terjadi lonjakan pada 8 Februari 2022 menjadi 44.321 ekor dengan wilayah terdampak 10 kabupaten atau kota.

"Daerah yang paling terdampak adanya ASF berdasarkan data yang terangkum wilayah yang paling merasakan dampak kejadian penyakit ASF adalah Sanggau dengan jumlah kematian mencapai 24.206 ekor, diikuti Sintang 7.030 ekor, Landak 6.318 ekor dan Mempawah 3.416 ekor."

Penyakit ASF ini dapat diidentifikasi pada ternak babi dengan ciri-ciri, tanda merah kebiruan pada kulit, muntah dan terjadi pendarahan pada seluruh organ. Diawali dengan limpa serta keluar darah dari lubang alami.

"Kejadian awal penyakit ASF selalu diawali dengan tidak mau makan dan lemas. Ciri-ciri penyakit ASF ini menyerupai CSF/Hog Cholera namun tingkat mortalitas mencapai 100 persen," terang Munif.

Ia menyebut, faktor penularan ASF ini dapat terjadi secara kontak langsung, yaitu terinfeksi dari babi yang terkena ASF, maupun kontak tidak langsung melalui sweeling feeding, pakan, orang dan vektor seperti serangga.

"Lalu lintas ternak babi melalui jalur legal, disparitas harga. Lalu lintas fomite (kendaraan, orang). Kontaminasi pakan. Babi liar."