LIPUTAN KHUSUS:

Populasi Burung Global Terus Menurun


Penulis : Kennial Laia

Sebanyak 48% spesies burung di seluruh dunia mengalami penurunan populasi. Hanya 6% yang menunjukkan tren peningkatan.

Konservasi

Selasa, 10 Mei 2022

Editor : Kennial Laia

BETAHITA.ID -  Analisis terbaru menunjukkan populasi burung di seluruh dunia menurun tajam. Degradasi dan hilangnya habitat alami, serta eksploitasi berlebihan disebut sebagai ancaman utama.

Studi tersebut diterbitkan di jurnal Annual Review of Environment and Resources, Minggu, 8 Mei 2022. Para ilmuwan dari berbagai institusi juga mengatakan bahwa perubahan iklim turut mendorong berkurangnya keanekaragaman hayati spesies unggas tersebut.

“Saat ini kita menyaksikan tanda-tanda pertama dari gelombang baru kepunahan spesies burung yang tersebar di benua,” kata Alexander Lees, penulis utama dan dosen senior di Manchester Metropolitan University di Inggris, Minggu, 8 Mei 2022, dikutip Phys.org

“Keanekaragaman burung memuncak secara global di daerah tropis. Di wilayah tersebut juga ditemukan jumlah spesies terancam tinggi,” terang Less. 

Burung Corn Bunting, spesies unggas yang ditemukan di kontinen Eropa. Foto: Alex Lee

Menurut studi, sekitar 48% spesies burung di seluruh dunia diketahui atau diduga mengalami penurunan populasi. Sementara itu populasi stabil untuk 39% spesies lainnya. Hanya 6% yang menunjukkan tren peningkatan, dan status 7% belum diketahui.

Para ilmuwan meninjau perubahan keanekaragaman hayati burung menggunakan data dari “daftar merah” Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Data digunakan untuk mengungkap perubahan populasi di antara 11.000 spesies burung di dunia.

Menurut para peneliti, temuan ini mencerminkan hasil studi benih pada 2019 yang menentukan bahwa hampir 3 miliar burung yang berkembang biak telah hilang selama 50 tahun terakhir di seluruh Amerika Serikat dan Kanada. Penulis utama studi tersebut sama dengan penyusun laporan status global ini. 

Ilmuwan konservasi Ken Rosenberg mengatakan, burung merupakan indikator kesehatan lingkungan yang sangat terlihat dan sensitif. Kehilangan spesies ini menandakan hilangnya keanekaragaman hayati yang jauh lebih luas. Ini juga menjadi ancaman bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. 

“Setelah mendokumentasikan hilangnya hampir 3 miliar burung di Amerika Utara saja, sungguh mencemaskan melihat pola penurunan populasi dan kepunahan yang sama terjadi secara global,” kata Rosenberg.

Namun, ilmuwan mengatakan masih ada harapan terlepas dari temuan studi tersebut. Perubahan transformatif diperlukan untuk mencegah kehilangan yang berlanjut serta menyelamatkan populasi yang terancam punah.

"Nasib populasi burung sangat bergantung pada penghentian hilangnya dan degradasi habitat," kata Lees. "Itu sering didorong oleh permintaan akan sumber daya. Kita perlu lebih mempertimbangkan bagaimana aliran komoditas dapat berkontribusi pada hilangnya keanekaragaman hayati dan mencoba mengurangi jejak manusia di alam."

"Untungnya, jaringan global organisasi konservasi burung yang ambil bagian dalam penelitian ini memiliki alat untuk mencegah hilangnya spesies dan kelimpahan burung lebih lanjut," tambah Rosenberg.

"Mulai dari perlindungan lahan hingga kebijakan yang mendukung penggunaan sumber daya yang berkelanjutan, semuanya tergantung pada keinginan pemerintah dan masyarakat untuk hidup berdampingan dengan alam di planet kita bersama."