LIPUTAN KHUSUS:

Polusi Udara Terkait dengan 1 Juta Kelahiran Mati Per Tahun


Penulis : Kennial Laia

Studi tersebut mencakup 137 negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, di mana 98% kelahiran mati terjadi.

Lingkungan

Sabtu, 03 Desember 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Setiap tahun terdapat hampir satu juta kelahiran mati yang terkait dengan polusi udara. Hal itu terungkap dalam studi terbaru oleh Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF). 

Penelitian tersebut, yang pertama kali dilakukan dalam skala global, memperkirakan hampir setengah dari kasus kelahiran mati dapat dikaitkan dengan paparan partikel polusi yang lebih kecil dari 2,5 mikron (PM2.5). Polutan ini sebagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. 

Studi tersebut mencakup 137 negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, di mana 98% kelahiran mati terjadi. Udara kotor diketahui meningkatkan risiko lahir mati, namun penelitian ini merupakan yang pertama menilai jumlah kematian janin, yang didasarkan pada data lebih dari 45.000 kelahiran mati dan kelahiran hidup. 

Dalam laporan sebelumnya, UNICEF menggambarkan kelahiran mati sebagai “tragedi yang diabaikan”. Mengingat dampak berat yang timbul terhadap ibu dan keluarganya, peneliti mengatakan tindakan pencegahan diperlukan dengan meningkatkan kesehatan dan kesetaraan perempuan. 

Seorang perempuan mengenakan masker di China. Dok World Bank/Curt Carnemark

Studi epidemiologi tidak meneliti bagaimana polusi partikel kecil dapat menyebabkan bayi lahir mati. Namun studi yang diterbitkan pada Oktober mengungkap bahwa partikel polusi udara beracun ditemukan di paru-paru dan otak janin. Partikel polusi udara pertama kali terdeteksi di plasenta pada tahun 2018 dan saat itu udara kotor diketahui berkorelasi kuat dengan peningkatan keguguran, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan perkembangan otak yang terganggu.

“Memenuhi target kualitas udara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dapat mencegah sejumlah besar kelahiran mati,” kata para ilmuwan, yang dipimpin oleh Dr Tao Xue di Universitas Peking di China. “Upaya saat ini untuk mencegah lahir mati fokus pada peningkatan layanan medis tetapi dibandingkan dengan faktor risiko klinis, faktor lingkungan biasanya tidak terlihat.”

Para ilmuwan menambahkan: “Kebijakan udara bersih yang diberlakukan di beberapa negara, seperti China, dapat mencegah kelahiran mati. Selain itu, perlindungan pribadi terhadap polusi udara, seperti memakai masker, memasang air purifier, menghindari keluar rumah saat kualitas udara buruk dapat melindungi ibu hamil yang rentan.” 

Penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications itu menggunakan data kelahiran mati dan polusi udara antara taun 1998 dan 2016 dari 54 negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMIC), termasuk Pakistan, India, dan Nigeria. Ini digunakan untuk memperkirakan jumlah bayi lahir mati yang disebabkan oleh paparan PM2.5 di 137 negara LMIC, dengan mempertimbangkan fakta bahwa dampak udara kotor lebih besar pada ibu yang lebih tua.  

Hampir semua ibu dalam penelitian ini terpapar tingkat PM2.5 di atas tingkat pedoman WHO saat ini yaitu 5 mikrogram per meter kubik (μg/m3). Ada 2,09 juta bayi lahir mati yang tercatat di negara-negara yang diteliti pada tahun 2015, dan 950.000 di antaranya (45%) disebabkan oleh paparan di atas tingkat 5 μg/m3, menurut perkiraan studi tersebut.

Pedoman WHO untuk PM2.5 adalah 10 μg/m3 hingga 2021 dan 99% ibu dalam penelitian ini terpapar udara kotor dengan kadar yang lebih tinggi. Ini terkait dengan 830.000 kelahiran mati, atau 40% dari total kasus, demikian temuan studi tersebut. Proporsi lahir mati yang dikaitkan dengan polusi PM2.5 sangat tinggi di Pakistan, India, Nigeria, dan China. Secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa peningkatan paparan PM2.5 sekitar 10 µg/m3 dikaitkan dengan peningkatan risiko lahir mati sebesar 11%.

Sementara itu jumlah bayi lahir mati turun dari 2,31 juta pada 2010 menjadi 1,93 juta pada 2019. Para peneliti mengatakan penurunan polusi udara di beberapa negara, seperti China, bisa menjadi faktor signifikan untuk penurunan ini. Mereka memperkirakan bahwa mengurangi polusi udara hingga tingkat 10 ug/m3 saat ini dapat mencegah 710.000 bayi lahir mati dalam setahun. “Karena paparan universal terhadap polusi udara, ini adalah salah satu kontributor terpenting kelahiran mati global,” kata Xue. 

Belum diketahui secara jelas bagaimana polusi udara dapat menyebabkan lahir mati. Namun para peneliti mengatakan partikel polusi yang melewati plasenta dapat menyebabkan “kerusakan embrionik yang tidak dapat diperbaiki” dan juga dapat merusak plasenta itu sendiri. Polusi udara juga dapat membatasi kemampuan tubuh ibu untuk mengalirkan oksigen ke janin. 

Para ilmuwan mengatakan meskipun jumlah bayi lahir mati turun secara global, tidak ada penurunan di sekitar setengah dari negara-negara LMIC yang dinilai. Mereka mencatat bahwa tingkat penurunan kelahiran mati lebih lambat daripada penurunan kematian anak di bawah lima tahun.

“Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk mempromosikan kesehatan ibu tidak setara untuk hasil yang merugikan yang berbeda, dan intervensi yang relevan dengan kelahiran mati tidak memadai,” kata ilmuwan dalam laporan tersebut.