Menurut Donan, ular yang terlanjur masuk ke dalam rumah perlu dikendalikan atau ditangkap untuk dilepas kembali. Namun, saat proses penangkapan ular sebaiknya tidak dengan menyentuh langsung dengan tangan tapi menggunakan alat berupa tongkat kayu atau bambu untuk dimasukkan ke dalam kantung kain. “Usahakan kepala ular jauh dari posisi kaki kita,” katanya.

Latihan pengendalian ular di kampus UGM, Agustus 2020. (ugm.ac.id)

Agar terhindar dari gigitan ular, ia menyarankan masyarakat berhati-hati saat berjalan di daerah semak belukar, lapangan terbuka atau di rumah kosong yang tidak ditempati lagi. Sebab, ular menyukai daerah yang lembab atau berada di bawah tumpukan barang yang tidak pernah dibersihkan dalam waktu lama.

“Tempat yang lembab dan ada tumpukan jadi lokasi ular untuk menetap,” katanya seperti dikutip laman UGM.

Gigitan ular berbisa menurutnya sangatlah berbahaya. Ia menuturkan tidak semua rumah sakit menyediakan serum untuk semua jenis bisa ular. Oleh karena itu, ia menyarankan apabila terkena gigitan ular berbisa, sebelumnya sudah diketahui jenis ular tersebut. “Tidak semua serum bisa digunakan. Yang saya tahu di Jogja hanya ada tiga jenis serum, jika masih bisa hidup (setelah digigit) itu anugerah,” katanya.

Dalam pemberian pelatihan dasar menangkap dan mengendalikan ular ini, Donan bersama tim membawa beberapa jenis ular sabagai bahan praktik yakni ular king kobra, ular viper pohon dan ular kayu. Pelatihan teknik menangkap dan mengendalikan ular ini menggunakan alat penangkap ular (grab stick).  

Kepala PK4L UGM, Arif Nurcahyo, mengatakan pelatihan ini dimaksudkan memberikan pemahaman dan edukasi bagi anggotanya mengenai seluk beluk ular, jenis karakter ular dan paham mengendalikan ular serta memahami saat memberi pertolongan pertama jika terkena gigitan ular. “Kita harapkan bisa meningkatkan keterampilan para petugas PK4L untuk menangani jika ada ular yang masuk ke lingkungan kampus maupun ke rumah penduduk yang tinggal di sekitar kampus,” katanya.