LIPUTAN KHUSUS:

Kenaikan Air Laut Ancam 10,4 Jiwa di Indonesia pada 2030


Penulis : Aryo Bhawono

Indonesia menempati urutan tertinggi ketiga dalam daftar negara-negara Asia Tenggara yang berisiko terkena dampak banjir pesisir tahunan.

Perubahan Iklim

Senin, 08 April 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Studi menyebutkan sebanyak 10,4 juta jiwa di Indonesia terancam kehilangan rumah mereka akibat banjir pesisir tahunan pada tahun 2030. Angka tersebut diperkirakan bakal terus naik hingga 61 persen atau menjadi 16,8 juta jiwa pada tahun 2100.

Ancaman ini diperkirakan oleh Climate Central dalam sebuah studi berjudul “Ringkasan Penelitian: Perluasan Zona Risiko Kenaikan Air Laut”.

Studi itu menyebutkan pada abad ini, risiko banjir pesisir tahunan diperkirakan akan meluas ke daratan yang menjadi rumah bagi 93 juta jiwa. 

Direktur Komunikasi Digital dan Media Cilamte Central, Peter Girard menyebutkan perubahan iklim masif membuat suhu global mengalami kenaikan, membuat gletser dan lapisan es mencair ke lautan, sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan permukaan air laut. 

Ilustrasi kenaikan permukaan air laut yang membanjiri kota pesisir. Foto: Dave/Creative Commons

“Hal ini akan memberi dampak berupa hilangnya dataran tinggi di sepanjang pantai dunia. Ketika air laut naik, daratan yang dulunya aman berada di atas garis pasang surut kini berada di bawah tingkat risiko banjir tahunan, membuat warga menghadapi ancaman yang semakin besar,” tulisnya dalam rilis pers yang diterima redaksi pada Kamis malam (4/4/2024).

Laporan ini, tulis dia, disusun berdasarkan skenario emisi menengah hingga tinggi dari IPCC terbaru dan diterapkan pada data kependudukan. Data ini menentukan jumlah orang berdomisili di wilayah yang berisiko mengalami peningkatan banjir pesisir karena kenaikan permukaan air laut.

Data ketinggian pada analisis ini mewakili pembaruan ekstensif pada bulan Maret 2024 untuk CoastalDEM, sebuah model elevasi digital berbasis Artificial Intelligence (AI) yang dikembangkan oleh Climate Central. CoastalDEM adalah kumpulan data global dengan tingkat kesalahan terendah untuk lahan pesisir ketinggian, sebagaimana dievaluasi berdasarkan kumpulan data kebenaran dasar global.

Risiko-risiko yang diprediksi di berbagai wilayah menyoroti tantangan pemerintah yang kian besar pada tahun-tahun mendatang untuk memutuskan kebijakan perlindungan dari naiknya air laut. Kebijakan-kebijakan tepat tersebut sangat diperlukan jauh sebelum daratan dan rumah-rumah tenggelam di bawah garis pasang surut. Banjir di wilayah pesisir akan lebih sering terjadi dan mencapai wilayah yang lebih tinggi dan lebih jauh lagi ke daratan, sehingga meningkatkan dampaknya terhadap masyarakat dan perekonomian lokal.

Pada tahun 2022, laporan Indonesia Cerah bersama Koaksi Indonesia menekankan dampak ekonomi akibat kenaikan permukaan air laut. Jika kenaikan permukaan air laut di Indonesia mencapai 47 cm, maka kerugian ekonomi Indonesia diprediksi menembus 3,3 miliar dolar AS per tahun akibat banjir pesisir, hilangnya lahan, salinisasi lahan pertanian yang sebelumnya produktif, dan migrasi penduduk dari daerah yang terkena dampak.

Angka tersebut diprediksi bakal terus tumbuh seiring dengan tingginya kenaikan permukaan air laut. Ketika kenaikan permukaan air laut mencapai 1,12m, kerugian ekonomi yang dirasakan Indonesia akan mencapai 7,2 miliar dolar AS, sementara pada saat kenaikan permukaan air laut mencapai 1,75m, kerugian ekonomi Indonesia akan menembus 10,3 miliar dolar AS.

Potensi dampak terbesar di belahan dunia 

Negeri paling terancam kenaikan air laut pada 2030 dan 2100

Selain Indonesia, negara-negara lain yang memiliki jumlah penduduk yang padat, diperkirakan akan  mengalami kenaikan signifikan terhadap risiko banjir pesisir pada akhir abad ini. Negara-negara tersebut adalah China, Jepang, India, Bangladesh, Vietnam, dan Thailand. Negara-negara tersebut, termasuk Indonesia, diperkirakan akan mengalami banjir pesisir tahunan pada tahun 2100.

Menurut studi Climate Central, sebanyak 52,5 juta warga China terancam kehilangan rumah dan lahannya akibat banjir pesisir pada tahun 2030. Angka ini diprediksi naik 56 persen pada tahun 2100, menyebabkan 81,7 juta jiwa di China berisiko terdampak banjir pesisir. Di Jepang, sebanyak 7,9 juta jiwa terancam kehilangan rumah dan lahan akibat banjir pesisir pada tahun 2030, kemudian meningkat sampai 60 persen menjadi 12,7 juta jiwa pada tahun 2100.

Sementara itu, India diperkirakan bakal memiliki 15,7 juta jiwa yang terancam kehilangan rumah dan lahan akibat banjir pesisir pada tahun 2030, lalu meningkat hingga 55 persen menjadi 24,2 juta jiwa pada tahun 2100. Kenaikan signifikan juga akan dirasakan Bangladesh. Sebanyak 20,4 juta jiwa terancam kehilangan rumah dan lahan akibat banjir pesisir pada tahun 2030, kemudian meningkat 49 persen menjadi 30,4 juta jiwa pada tahun 2100.

Dari kawasan Asia Tenggara, sebanyak 18,3 juta warga Vietnam terancam kehilangan rumah dan lahan akibat banjir pesisir pada tahun 2030, lalu naik 40 persen menjadi 25,6 juta jiwa pada tahun 2100. Sementara di Thailand, sebanyak 16,1 juta warga diperkirakan bakal kehilangan rumah dan lahan akibat banjir pesisir pada tahun 2030, kemudian meningkat 10 persen menjadi 17,7 juta jiwa pada tahun 2100.