LIPUTAN KHUSUS:

Walhi Papua Minta Perhatian Serius Semua Pihak Terkait Abrasi


Penulis : Oskar Ugipa

Walhi Papua

Lingkungan

Minggu, 19 Mei 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -

Pantai Wisata Skouw yang terletak di perbatasan Indonesia dan Papua Nugini kini menghadapi ancaman serius akibat abrasi yang kian menggerus kawasan pesisir. Abrasi ini bukan hanya mengancam keindahan pantai yang menjadi daya tarik wisatawan, tetapi juga mengancam keberadaan ekosistem pantai dan kehidupan masyarakat setempat yang bergantung pada sumber daya laut.

Direktur Walhi Papua Maikel Primus Peuki menyatakan,abrasi di Pantai Skouw telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.Dalam satu dekade terakhir, garis pantai dilaporkan telah mundur sejauh beberapa meter setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh kombinasi faktor alam seperti gelombang pasang yang kuat serta ulah manusia, termasuk pembangunan yang tidak berkelanjutan dan penambangan pasir ilegal.

Masyarakat Adat Skouw Mabo cukup resah dengan aktifitas air laut yang setiap tahun naik, kondisi tersebut terlihat dengan abrasi atau pengikisan bibir pantai yang cukup panjang hampir seluas lapangan sepak bola.

Tutupan hutan di wilayah selatan Tanah Papua. Dok Greenpeace

Kepala Kampung Skouw Mabo Hanok Mallo mengatakan panjang pantai sekitar Skouw yakni mencapai 3 Km, baik dari Skouw Yambe, Skouw Mabo hingga Skouw Sae, meski demikian saat ini kondisi pantai yang rusak serta angin disertakan ombak hingga pengikisan bibir pantai, sebagian warga yang sebelumnya bermukim di pantai terpaksa mengungsi ke darat jauh dari pinggir pantai.

 ” Sebelumnya banyak warga yang bikin rumah di pinggir sini, sekarang mereka pindah jauh ke darat, karena air laut sudah hantam pantai sampai dekat dengan rumah,” ungkap Hanok Mallo sabtu 18 Mei 2024.

 Kepala Kampung yang juga anak asli Skouw Mabo ini, bahkan menceritakan kisahnya 20 tahun lalu saat mereka masih remaja, kondisi pantai dengan pasir yang cukup panjang serta rimbunya pohon kelapa dan pohon jenis lainya, sehingga pantai ramai di kunjungi warga untuk mandi dan berwisat, namun kondisi tersebut berbeda dengan saat ini.

 ”Dulu pasir panjang ini hampir satu kilo kita kalau main mandi sampai ke laut, dan air tidak setinggi saat ini, kelapa juga banyak dulu, sekarang gara -gara abrasi air naik, banyak tanaman kami hilang tersapu ombak, ” katanya.

 Menurut Mallo fenomena ini mulai terlihat di 10 tahun belakangan, meski pernah di padang pemecah ombak sebanyak tiga kali oleh pemerintah sepanjang pantai Skouw, namun kondisi alam yang ganas membuat pemecah ombak tersebut hilang ditelan ganasnya air laut.

 ”Tiga kali pemerintah pasang pemecah ombak, tapi hilang, ini yang susah masih ada tapi kondisinya saya kawatir tiga tahun lagi nanti hilang,” Imbuhnya.

 Direktur Papua Maikel Peuki saat di minta tanggapannya, mengakui bahwa akhir-akhir ini kondisi permukaan air laut di sekitar lautan Pasific kondisinya semakin naik, ini juga di perparah dengan ombak dan angin yang cukup kencang.

Tidak itu saja WALHI juga melihat bahwa apa yang terjadi di sepanjang pantai Skouw bukan saja air naik dan abrasi pantai yang cukup panjang, namun fenomena ini terjadi hampir di seluruh pantai dan perairan yang ada di Papua.

 ”Kondisi ini tidak saja di wilayah Skouw, tapi di seluruh Papua bahkan Indonesia, permukaan air laut naik dan abrasi yang mengancam” ujar Maikel Peuki.