LIPUTAN KHUSUS:

Buruh Celaka Lagi di Smelter Nikel ITSS, Bukti Tak Ada Perbaikan


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Kecelakaan kerja yang kembali terjadi di smleter nikel PT ITSS menandakan tidak adanya perbaikan berarti terkait keselamatan dan keamanan pekerja.

Tambang

Sabtu, 15 Juni 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Kecelakaan kerja kembali terjadi fasilitas pemurnian nikel atau smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah. Ada anggapan, kecelakaan tersebut menandakan tidak adanya perbaikan berarti oleh pihak perusahaan terkait keselamatan dan keamanan pekerja.

Menurut keterangan yang dikumpulkan Trend Asia, pada pukul 22.00 WITA, Kamis (13/6/2024), terjadi semburan uap panas dalam pembersihan tungku feronikel PT ITSS. Kejadian itu mengakibatkan dua pekerja mengalami luka bakar serius. Dua korban pekerja itu hingga saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bungku, Kabupaten Morowali.

Kejadian ini menambah panjang catatan kecelakaan kerja di kawasan smelter. Trend Asia mencatat, pada periode 2015-2023 telah terjadi 93 insiden kecelakaan kerja di seluruh smelter nikel di Indonesia. PT ITSS merupakan penyumbang tertinggi angka kematian pekerja, termasuk dalam insiden ledakan yang terjadi di PT ITSS pada Desember 2023 lalu yang mengakibatkan 21 korban tewas dan 30 luka-luka di pihak buruh.

“Insiden berulang ini seharusnya tidak terjadi jika mekanisme keselamatan dan kesehatan kerja (K3), ditegakkan dengan baik. Seharusnya kecelakaan kerja yang mematikan pada 24 Desember 2023 di PT ITSS memberikan pelajaran yang cukup untuk perbaikan kinerja K3,” ujar Arko Tarigan, juru kampanye Energi Trend Asia.

Dua pekerja smelter nikel PT ITSS di kawasan IMIP di Morowali, Sulawesi Tengah, alami luka berat, akibat semburan uap panas dari tungku feronikel, Kamis malam kemarin. Foto: Istimewa.

Arko melanjutkan, hal ini menitikberatkan masalah impunitas yang dialami perusahaan dalam isu keamanan, termasuk atas insiden-insiden yang lalu. Pemerintah, katanya, seharusnya membuat perusahaan jera.

"Solusinya bukan dengan ganti rugi, apalagi menjadikan buruh sebagai kambing hitam melalui pemidanaan. Kepolisian, kementerian, dan dinas terkait harus memaksa perubahan praktik industri yang dilakukan secara transparan,” katanya.

Menurut Ketua Serikat Buruh Industri Pertambangan dan Energi (SBIPE) Morowali, Henry Foord Jebs, kejadian ini menegaskan minimnya perubahan berarti yang dilakukan PT ITSS terhadap keamanan pekerja. Ia menilai sangat penting untuk dilakukan audit menyeluruh melalui tim independen yang melibatkan serikat buruh, seperti kami serukan setelah kecelakaan 2023 lalu.

“Korban tragedi ITSS 2023 lalu pun masih belum tuntas ditangani oleh perusahaan, dan kami sedang mendampingi para korban untuk memastikan pemenuhan hak mereka yang sampai saat ini masih belum terpenuhi,” kata Henry.

Arko bilang, pemerintah yang selalu menomorsatukan investasi tanpa mempertimbangkan prinsip kehati-hatian telah membuat perusahaan mampu beroperasi secara ugal-ugalan. Hal ini, katanya, terlihat dari banyaknya insiden kecelakaan kerja di industri hilirisasi nikel. Ini adalah sebuah fakta yang menunjukkan bahwa narasi kemakmuran pemerintah tentang hilirisasi adalah tipu muslihat.

Catur Widi dari Rasamala Hijau menambahkan, risiko kesehatan dan keselamatan kerja buruh di IMIP adalah karena mereka bekerja di sektor dan jenis proses produksinya yang berbahaya. Risiko itu ada pada penggunaan alat dan kendaraan alat berat maupun bahan-bahan berbahaya dan mudah terbakar dan meledak seperti batu bara, oxy serta bahan kimia lainnya.

"Sehingga standar dan sistem keselamatan yang dijalankan pun harus diawasi dengan ketat terutama pemerintah Indonesia. Jadi jika terus berulang, maka pemeriksaan dan audit menyeluruh bisa dilakukan di IMIP termasuk menghentikan sementara perusahaan jika memang diperlukan," ucap Widi.