LIPUTAN KHUSUS:

Kritik: Duit Transisi Energi Mau, Tapi PLTU Terus Dibangun


Penulis : Aryo Bhawono

Komitmen transisi energi Indonesia dipertanyakan.

Energi

Rabu, 19 Juni 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batubara masih mendominasi energi di Indonesia. Data Dewan Energi Nasional (DEN) menyebutkan persentase bauran energi tertinggi tahun 2023 masih didominasi batubara sekitar 40,46 persen, diikuti oleh minyak bumi sekitar 30,18 persen, gas bumi sekitar 16,28 persen dan energi terbarukan sekitar 13,09 persen. Komitmen transisi energi Indonesia pun dipertanyakan.

Manajer Riset Institute for Essential Services Reform (IESR), Raden Raditya Yudha Wiranegara, mengungkapkan angka tersebut menunjukkan lebih dari dua pertiga listrik Indonesia saat ini berasal dari pembakaran batubara. PLN diprediksi akan menambah kapasitas PLTU batu bara sebesar 13.822 MW pada tahun 2030. Kapasitas ini mendudukkan, Indonesia sebagai negara dengan perencanaan pembangunan PLTU batubara yang terbesar ketiga di dunia, setelah Cina dan India.

“Di waktu yang bersamaan, melalui Just Energy Transition Partnership (JETP),  Indonesia juga menargetkan untuk mencapai puncak emisi dari sektor energi sebesar 295 juta metrik ton CO2 per tahun pada tahun 2030 dan mencapai net zero emission di sektor energi pada tahun 2050,” kata Radit saat diskui Investortrust Power Talk: Masa Depan Industri Batubara di Tengah Tren Transisi Energi pada Kamis (13/6/2024). . 

Ia menyebutkan Indonesia merupakan salah satu penerima komitmen pendanaan JETP dan telah berkomitmen mencapai puncak emisi sebesar 290 juta ton CO2 pada 2030. Paling tidak Indonesia harus menaikkan bauran energi terbarukan di sektor ketenagalistrikan menjadi 44 persen pada 2030. 

Cerobong PLTU Captive di tengah kompleks pabrik kayu PT Phoenix Resources International RI di Tarakan, Kalimantan Utara. Kredit foto: istimewa

Namun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih memasukkan rencana penambahan PLTU dengan kapasitas total 13,8 gigawatt (GW). Meski demikian, seiring dengan rencana transisi energi Indonesia, PLN perlu untuk memangkas sebagian besar rencana pengembangan PLTU baru hingga 2030. 

Studi IESR menyebutkan sembilan PLTU dapat dibatalkan, sebagian besar masih dalam tahap pembiayaan atau gagal memperoleh pendanaan. Selain itu, PLN juga berpotensi mengalihkan rencana pembangunan PLTU berkapasitas 220 MW menjadi pembangkit biomassa. 

Tidak hanya itu, bertransisi dari batubara juga dapat menghindarkan dari ketergantungan ekonomi, apalagi permintaan diproyeksikan menurun sekitar 2,3 persen pada 2026 berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA). 

Radit menyebutkan penggunaan PLTU batu bara mengurangi biaya bahan bakar dan biaya variabel di seluruh sistem, yang dikombinasikan dengan pergeseran ke arah energi terbarukan yang hemat biaya, menjadi pendorong yang kuat dalam membantu penurunan biaya sistem. 

“Dalam melaksanakan transisi energi juga diperlukan keterlibatan seluruh pihak antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat,” ujar dia.