LIPUTAN KHUSUS:

Ada Bahan Kimia Abadi dalam Kopi, Telur, dan Beras


Penulis : Kennial Laia

Penelitian dilakukan pada 3000 bumil.

Lingkungan

Sabtu, 13 Juli 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Penelitian baru yang bertujuan untuk mengidentifikasi makanan yang mengandung tingkat bahan kimia abadi (PFAS) lebih tinggi menemukan bahwa orang yang makan lebih banyak nasi putih, kopi, telur, dan makanan laut cenderung menunjukkan lebih banyak bahan kimia beracun tersebut dalam plasma dan ASI mereka.

Penelitian ini memeriksa sampel dari 3.000 ibu hamil (bumil), dan merupakan salah satu penelitian pertama yang menunjukkan bahwa kopi dan nasi putih mungkin terkontaminasi pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan makanan lain. Penelitian ini juga mengidentifikasi hubungan antara konsumsi daging merah dan kadar PFOS, salah satu senyawa PFAS yang paling umum dan berbahaya.

Para penulis mengatakan temuan ini menyoroti keberadaan bahan kimia abadi di mana-mana dan banyaknya bahan kimia yang dapat dihasilkan dalam rantai makanan.

“Hasilnya jelas menunjukkan perlunya kepedulian terhadap lingkungan, dan menjauhkan PFAS dari lingkungan dan rantai makanan,” kata Megan Romano, peneliti dan penulis utama di Dartmouth, Kamis, 4 Juli 2024. “Sekarang kita berada dalam situasi di mana mereka ada di mana-mana dan akan tetap ada meskipun kita melakukan remediasi yang agresif.”

Ilustrasi biji kopi. Dok. Wikimedia Commons

PFAS atau Per- and polyfluoroalkyl adalah kelompok zat yang terdiri dari sekitar 16.000 senyawa yang digunakan untuk membuat produk yang tahan terhadap air, noda, dan panas. Bahan kimia ini disebut “bahan kimia selamanya” karena tidak terurai secara alami dan ditemukan terakumulasi pada manusia. Bahan kimia tersebut dikaitkan dengan kanker, cacat lahir, penyakit hati, penyakit tiroid, penurunan jumlah sperma dan berbagai masalah kesehatan serius lainnya.

PFAS dapat mengkontaminasi makanan melalui beberapa cara. Para peneliti menduga paparan pada beras berasal dari tanah atau air pertanian yang terkontaminasi. Peralatan masak anti lengket juga seringkali mengandung bahan kimia ini, atau bisa juga pada air yang digunakan untuk memasak.

Para peneliti menemukan tingkat PFAS yang lebih tinggi terkait dengan telur ayam di halaman belakang, yang menurut Romano mungkin disebabkan makanan sisa. Lumpur limbah yang tercemar PFAS, yang digunakan sebagai alternatif pupuk yang murah, juga dapat mencemari tanah tempat ayam diberi makan, dan diketahui mencemari daging sapi. Bahan kimia tersebut juga mungkin terdapat pada pakan burung.

Pada kopi, peneliti menduga kontaminasinya berasal dari biji kopi, air yang digunakan untuk menyeduh, atau tanah. Penelitian sebelumnya juga menemukan filter kopi yang diolah dengan PFAS, dan cangkir kertas atau kemasan makanan lainnya juga bisa mengandung bahan kimia tersebut.

Sementara itu, makanan laut sering kali ditemukan terkontaminasi PFAS karena polusi air tersebar luas.

Menurut Romano, larangan terhadap bahan kimia kecuali untuk keperluan penting adalah satu-satunya cara untuk mulai mengatasi masalah ini secara luas. Romano mengatakan penelitian tersebut menemukan pola makan tinggi buah-buahan, biji-bijian, dan serat makanan yang lebih tinggi dikaitkan dengan tingkat PFAS yang lebih rendah, dan mengonsumsi makanan yang bervariasi sehingga tidak ada satu sumber protein pun yang memiliki proporsi asupan yang terlalu besar akan bermanfaat.

“Hal ini membantu Anda tidak hanya mengurangi paparan terhadap PFAS tetapi juga kontaminan lain dalam makanan,” kata Romano.