LIPUTAN KHUSUS:

Kelestarian Bunga Bangkai Terancam Kawin Sedarah


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Akibat catatan sejarah asal-usul yang tidak lengkap dicatat ilmuwan.

Biodiversitas

Selasa, 08 April 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Para ahli biologi tanaman menemukan ancaman baru terhadap kelestarian bunga bangkai (Amorphophallus titanum). Selain kerusakan habitat, perubahan iklim, dan perambahan spesies invasif, satu ancaman lain yang menjadi perhatian para ahli adalah catatan sejarah yang tidak lengkap.

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di Annals of Botany, para ilmuwan dari Universitas Northwestern dan Kebun Raya Chicago menyusun garis keturunan bunga bangkai yang hidup dalam koleksi di berbagai lembaga dan kebun di seluruh dunia. Mereka menemukan kurangnya data yang konsisten dan terstandarisasi.

Menurut para peneliti itu, tanpa catatan sejarah yang lengkap, para konservasionis tidak dapat membuat keputusan yang tepat tentang pembiakan. Oleh karena itu, dari bunga bangkai yang diteliti, 24% merupakan klon dan 27% merupakan keturunan dari dua individu yang berkerabat dekat.

"Ada banyak risiko yang terkait dengan rendahnya keragaman genetik," kata Olivia Murrell, yang memimpin penelitian tersebut, dikutip dari Phys.

Indukan bunga bangkai berusia sekitar 35 tahun mekar untuk ketujuh kalinya di Kebun Raya Cibodas. Foto: BRIN.

Murrell mengatakan, penurunan keragaman genetik dari waktu ke waktu menyebabkan penurunan kebugaran. Secara umum, tanaman hasil perkawinan sedarah mungkin tidak menghasilkan banyak serbuk sari atau mungkin mati tepat setelah berbunga. Satu lembaga melaporkan bahwa, mungkin sebagai akibat perkawinan sedarah, semua keturunan bunga bangkainya adalah albino, jadi mereka tidak bertahan hidup karena tidak memiliki klorofil untuk berfotosintesis.

Menurut Murrrell, populasi bunga bangkai secara keseluruhan juga tidak memiliki variasi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Sehingga, jika suatu penyakit atau hama menyerang tanaman yang semuanya memiliki kesamaan genetik, semua tanaman dalam populasi tersebut cenderung akan menderita.

“Kami tidak berpikir orang-orang secara sadar membuat pilihan untuk melakukan perkawinan sedarah pada tanaman mereka. Mereka hanya tidak tahu apa yang mereka miliki karena datanya tidak lengkap,” katanya.

Pada saat penelitian, Murrell adalah mahasiswa magister biologi tanaman di Program Biologi dan Konservasi Tanaman, sebuah kemitraan antara Weinberg College of Arts and Sciences di Northwestern dan Chicago Botanic Garden. Sekarang ia adalah mahasiswa doktoral di Manchester Metropolitan University di Inggris dan seorang sarjana konservasi di Kebun Binatang Chester.

Bunga yang rewel

Dikenal karena baunya, bunga bangkai mengeluarkan bau yang menyerupai daging busuk saat mekar. Sebuah trik evolusi yang cerdas, bau yang menyengat menarik lalat dan kumbang bangkai, penyerbuk utama tanaman tersebut. Karena bunga ini langka dan berumur pendek—hanya berlangsung selama 24 hingga 48 jam—taman-taman sering mengadakan acara bagi pengunjung untuk merasakan bau busuk yang terkenal itu secara langsung.

"Biasanya, Anda harus mendekati bunga untuk dapat menciumnya. Itu tidak berlaku untuk bunga bangkai. Begitu Anda masuk ke rumah kacanya, baunya langsung tercium. Baunya sangat kuat. Tanaman itu juga memanas saat mekar, yang menyebarkan baunya lebih jauh," kata Murrell.

Kebun berusaha keras untuk merawat teman-teman yang karismatik ini. Bunga bangkai adalah salah satu dari beberapa "tanaman istimewa," sebutan yang diberikan kepada spesies yang benihnya tidak dapat disimpan secara efektif di bank benih.

Dalam kasus bunga bangkai, bijinya tidak lagi dapat tumbuh setelah dikeringkan, yang merupakan langkah penting untuk penyimpanan biji jangka panjang. Sebaliknya, bunga bangkai dan tanaman luar biasa lainnya dilestarikan dalam "koleksi hidup" di fasilitas penelitian, kebun raya, dan arboretum.

Karena bunga bangkai jantan dan betina mekar pada waktu yang berbeda, bunga-bunga dalam koleksi bunga hidup ini bergantung pada manusia untuk menjaga garis keturunannya tetap hidup. Namun, para pengasuhnya menghadapi beberapa tantangan.

"Bunga betina mekar terlebih dahulu, kemudian bunga jantan mekar kemudian. Jadi, bunga betina tidak lagi dapat bertahan hidup saat serbuk sari diproduksi. Tanaman ini juga jarang berbunga dan tidak dapat diprediksi," ujar Murrell.

Tanaman ini, lanjut Murrell, bisa tidak berbunga selama tujuh hingga 10 tahun. Kemudian, saat bunganya mekar, bunga betina hanya dapat bertahan hidup selama beberapa jam. Dengan waktu penyerbukan yang terbatas, para pegiat konservasi berusaha keras untuk menggunakan apa pun yang mereka miliki.

“Itu mungkin serbuk sari dari bunga sebelumnya pada individu yang sama, yang mengakibatkan perkawinan sedarah,” katanya.

Catatan layu

Untuk lebih memahami apa yang terjadi dalam situasi ini, Murrell mencari semua koleksi hidup di seluruh dunia yang mengandung bunga bangkai. Pada akhirnya, ia menerima data dari hampir 1.200 tanaman dari 111 institusi di seluruh Amerika Utara, Asia, Australia dan Eropa. Data tersebut datang dalam bentuk catatan tulisan tangan, prosa, daftar, dan spreadsheet.

Murrell menuturkan, idealnya, catatan tanaman harus berisi informasi rinci tentang asal-usul, induk, karakteristik, kesehatan, dan perbanyakannya. Data-data ini sangat penting untuk upaya konservasi, dan membantu para konservasionis untuk menjaga keanekaragaman genetik dan kesehatan tanaman serta mencegah kehilangan. Tanpa informasi ini, orang tidak dapat membuat keputusan yang tepat mengenai tanaman mana yang akan disilangkan untuk dikembangbiakkan.

Setelah mengorganisir semua informasi yang diterima dari berbagai lembaga, Murrell menemukan bahwa informasi tersebut sangat kurang. Lembaga-lembaga tersebut seringkali tidak mencatat sumber dan asal-usul masing-masing tanaman. Bahkan ketika mereka mencatat sumber benih, mereka tidak mencatat informasi tentang serbuk sari tanaman mana yang digunakan untuk pembiakan.

"Tingkat kehilangan data tertinggi terjadi ketika tanaman dipindahkan ke lokasi baru. Tanamannya pindah, tapi datanya tidak ikut pindah. Jadi, data-data tersebut mudah hilang seiring berjalannya waktu ketika tanaman berpindah-pindah," katanya.

Klon dan persilangan

Untuk menentukan prevalensi perkawinan sedarah, Murrell dan timnya memeriksa catatan klon dan pembiakan antara tanaman terkait. Dari 1.188 individu tanaman dalam kumpulan data, 287 (24%) merupakan klon dan 27% merupakan keturunan dari individu yang berkerabat dekat. Kurang dari sepertiga persilangan terjadi di antara individu-individu yang tidak berkerabat.

Untuk memperkuat kesimpulan ini, Murrell melakukan penelitian genetika molekuler kecil pada 65 tanaman. Dengan mengurutkan DNA tanaman, tim mengkonfirmasi keragaman genetik yang rendah dan perkawinan sedarah yang tinggi di semua koleksi.

Hanya berasal dari Sumatera, jumlah bunga bangkai terus menurun. Menurut perkiraan terbaru yang dipublikasikan di jurnal Biodiversity and Conservation, hanya 162 individu bunga bangkai yang tersisa di alam liar. Berkurangnya populasi ini menggarisbawahi perlunya memastikan tanaman ini dapat berkembang dalam koleksi hidup, sehingga pada akhirnya dapat diperkenalkan kembali ke alam liar.

"Populasi membutuhkan variasi untuk bertahan hidup. Jika tidak ada perubahan, maka akan terjadi perkawinan sedarah yang menyebabkan kepunahan. Itulah mengapa sangat penting untuk menyimpan data yang konsisten, terstandarisasi dan terpusat,” ucap Murrell.

Murrell bilang, tidak menyimpan data memiliki implikasi konservasi yang jelas. Sementara itu, penelitiannya memberikan informasi berharga tentang hubungan di antara koleksi yang ada, yang dapat digunakan untuk menentukan persilangan mana yang paling berhasil.

Untuk membantu meningkatkan koleksi bunga bangkai dan spesies lainnya, Murrell dan rekan penulisnya membuat lima rekomendasi. Mereka mendesak lembaga-lembaga untuk mendokumentasikan induk dan tujuan tanaman yang diambil sampelnya di alam liar, menstandardisasi data di seluruh koleksi, melacak tanaman induk di seluruh lembaga, mentransfer data dengan tanaman ketika dipindahkan ke lembaga baru dan menentukan bahasa yang sama untuk pencatatan sehingga semua definisi konsisten.