
LIPUTAN KHUSUS:
Energi Bersih Hasilkan 40% Listrik Global Pada 2024 - Riset
Penulis : Kennial Laia
Mereka yang memperkirakan produksi bahan bakar fosil akan terus meningkat akan kecewa, kata Direktur Pelaksana Ember.
Energi
Rabu, 09 April 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Sepanjang 2024, dunia menggunakan sumber energi ramah lingkungan untuk memenuhi lebih dari 40% kebutuhan listriknya, menurut data terbaru. Angka ini merupakan yang pertama kalinya sejak tahun 1940-an berdasarkan data terbaru.
Sebuah laporan dari Ember, lembaga pemikir energi yang berbasis di Inggris, mengatakan pencapaian ini didorong oleh peningkatan kapasitas tenaga surya, yang meningkat dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir.
Laporan tersebut menemukan bahwa pembangkit listrik tenaga surya telah menjadi sumber energi dengan pertumbuhan tercepat di dunia selama 20 tahun terakhir secara berturut-turut.
"Tenaga surya telah menjadi mesin transisi energi global. Dikombinasikan dengan penyimpanan baterai, tenaga surya akan menjadi kekuatan yang tidak dapat dihentikan,” kata Phil MacDonald, Direktur Pelaksana Ember, Selasa, 8 April 2025.

“Sebagai sumber listrik baru yang tumbuh paling cepat dan terbesar, tenaga surya sangat penting dalam memenuhi permintaan listrik dunia yang terus meningkat," ujarnya.
Secara keseluruhan, tenaga surya masih merupakan bagian kecil dari sistem energi global. Menurut Ember, pembangkit listrik tenaga surya menyumbang hampir 7% dari kebutuhan listrik dunia pada tahun lalu, sementara tenaga angin menyumbang lebih dari 8% dari sistem tenaga listrik global.
Teknologi yang berkembang pesat masih kalah dibandingkan pembangkit listrik tenaga air, yang relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir, dan menyumbang 14% kebutuhan listrik dunia pada 2024.
Pembangkit listrik tenaga air (meski kontroversial, red.) adalah salah satu teknologi energi terbarukan tertua di dunia modern, dan menyumbang sebagian besar pasokan listrik global pada tahun 1940-an, ketika sistem tenaga listrik masih 50 kali lebih kecil dibandingkan saat ini.
Menurut Ember, pertumbuhan energi surya yang berkelanjutan berarti energi ramah lingkungan – termasuk yang kontroversial yakni nuklir dan bioenergi – akan berkembang lebih cepat dibandingkan permintaan listrik dunia secara keseluruhan. Hal ini berarti bahan bakar fosil mulai dihilangkan dari sistem tenaga listrik global.
Ember sebelumnya memperkirakan bahwa 2023 akan menjadi tahun di mana emisi dari listrik mencapai puncaknya, setelah mencapai titik tertinggi pada paruh pertama tahun ini.
Para ahli iklim berharap bahwa emisi akan mulai turun, namun serangkaian gelombang panas di seluruh dunia memicu lonjakan permintaan listrik untuk menggerakkan sistem pendingin udara dan pendingin, yang menyebabkan bahan bakar listrik tumbuh sebesar 1,4% pada tahun itu.
Laporan tersebut, yang mencakup 93% pasar listrik global di 88 negara, menemukan bahwa lonjakan permintaan mendorong emisi dari sektor listrik global naik sebesar 1,6% ke level tertinggi sepanjang masa pada tahun lalu.
MacDonald mengatakan gelombang panas kemungkinan tidak akan memicu lonjakan permintaan serupa di tahun mendatang. Namun meningkatnya penggunaan listrik untuk menggerakkan kecerdasan buatan (AI), pusat data, kendaraan listrik (EV), dan pompa panas diperkirakan akan memainkan peran yang lebih besar dalam selera listrik dunia.
Jika digabungkan, teknologi-teknologi ini berkontribusi terhadap peningkatan permintaan listrik global sebesar 0,7% pada 2024, dua kali lipat dibandingkan lima tahun lalu, menurut laporan tersebut.
“Dunia sedang menyaksikan bagaimana teknologi seperti AI dan EV akan mendorong permintaan listrik,” kata MacDonald. “Jelas bahwa ledakan tenaga surya dan angin akan segera terjadi, dan mereka yang memperkirakan produksi bahan bakar fosil akan terus meningkat akan kecewa.”