
LIPUTAN KHUSUS:
Lumpur Panas Sorik Marapi, Walhi Sebut Ada 21 Titik Semburan
Penulis : Aryo Bhawono
Fenomena lumpur panas beserta gas di Mandailing Natal, Sumatera Utara sebagian terjadi di area bekas pengeboran PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) yang tidak dioperasikan.
Energi
Kamis, 01 Mei 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Fenomena lumpur panas beserta gas di Mandailing Natal, Sumatera Utara, sebagian terjadi di area bekas pengeboran PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) yang tidak dioperasikan. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara menduga ada prosedur keamanan yang diabaikan ketika area pengeboran itu ditinggalkan.
Direktur Walhi Sumatera Utara, Rian Purba, mengungkapkan penghitungan jumlah munculnya lumpur panas mencapai 21 titik. Beberapa titik yang berada di Desa Roburan Dolok, Kecamatan Panyabungan Selatan berada sekitar 10 hingga 15 meter dari titik pengeboran lama yang tidak dioperasikan.
Bekas pengeboran itu masih ada dan waktu itu kabarnya tidak dilanjutkan karena tidak memenuhi kebutuhan sumber panas bumi untuk produksi listrik.
“Masalahnya selama ini tidak ada informasi terbuka dan pengawasan atas sumur-sumur yang tidak terpakai ini. Sekarang justru muncul lumpur, bukan hanya gas. Kami menduga ada kaitan munculnya lumpur itu dengan bekas sumur itu,” ucap dia dalam perbincangan pada Rabu (30/4/2025).

Ia menyebutkan pengeboran bekas-bekas sumur itu dilakukan perusahaan pada 2017. Menurut penuturan penduduk, sebelum itu tidak ada fenomena semburan lumpur.
Analisis citra satelit sementara yang dibuat Walhi Sumut mengenai desa terdampak lumpur panas Sorik Marapi. Data: Walhi Sumut
Kini lumpur tersebut muncul dan merusak tanaman hingga mencemari aliran air karena mengalir ke sungai.
“Ini yang jadi masalah. Tanaman warga banyak yang mati dan keselamatan mereka terancam. Seharusnya ada pemeriksaan komprehensif dan tidak lepas tanggung jawab begitu saja. Baik PT SMGP maupun pemerintah harus bertanggung jawab. Nyawa warga taruhannya,” kata Rian.
Menurutnya warga harus mendapat informasi jika fenomena ini terus meluas. Mereka harus mendapatkan kejelasan langkah pencegahan dan mitigasi karena menyangkut keselamatan dan ruang hidup. Namun bahkan pemerintah daerah dan pusat tidak memberikan kejelasan apapun.
Sebelumnya Corporate Communication Manager PT SMGP, Agung Iswara, menyebutkan lumpur panas itu tidak memiliki hubungan langsung dengan sumur- sumur pada Wellpad E. Sumur-sumur tersebut telah dibor sejak tahun 2017 dan hingga saat ini belum pernah berhasil mengalirkan uap ataupun fluida panas bumi dengan tekanan kepala sumur 0 Barg atau tidak bertekanan dan saat ini tidak ada aktivitas produksi.
Menurutnya semburan lumpur panas itu merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di wilayah dengan potensi panas bumi, sebagai hasil interaksi antara air tanah dan batuan panas di bawah permukaan. Berbagai manifestasi serupa bahkan telah dikenal masyarakat sekitar sejak lama, jauh sebelum adanya kegiatan eksplorasi oleh PT SMGP.
“Lokasi Pad E diketahui sebagai area yang memiliki kecenderungan untuk mengalami pergerakan tanah yang tinggi dan memiliki banyak retakan-retakan. Fenomena pergerakan tanah (soil creep) atau longsor (landslide) dapat terjadi kapan saja (fault stress release, curah hujan, dll). Fenomena ini dapat memunculkan manifestasi yang baru ke permukaan,” ucap dia melalui siaran pers.