LIPUTAN KHUSUS:

8 Tahun Berturut-turut, Lebih Banyak Sampah dari Daur Ulang


Penulis : Kennial Laia

Perusahaan dan masyarakat global menghasilkan sampah melampaui jumlah yang dapat ditangani oleh sistem daur ulang.

Lingkungan

Jumat, 30 Mei 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Tingkat daur ulang global dinilai gagal mengimbangi budaya yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi tanpa batas dan konsumerisme. Sebuah laporan baru-baru ini menyatakan, proporsi bahan daur ulang yang masuk kembali ke rantai pasokan menurun selama delapan tahun berturut-turut. 

Menurut laporan tersebut, diterbitkan pada 13 Mei 2025, hanya 6.9% dari 106 miliar ton bahan yang digunakan setiap tahun oleh perekonomian global berasal dari sumber daur ulang. Angka ini merupakan penurunan sebesar 2.2% sejak 2015, menurut para peneliti dari lembaga pemikir Circle Economy. 

Para peneliti mengungkap, masalah sampah dan daur ulang ini bersifat sistemik. Peningkatan konsumsi bahkan lebih cepat dibandingkan pertumbuhan populasi global, dan meskipun beberapa perusahaan meningkatkan jumlah bahan daur ulang yang mereka gunakan, sebagian besar perusahaan mengabaikan masalah ini tanpa sanksi yang jelas. Artinya, masyarakat menghasilkan lebih banyak sampah dibandingkan yang dapat ditangani oleh sistem daur ulang.

Bahkan jika semua barang yang dapat didaur ulang itu didaur ulang–hal ini sendiri mustahil karena banyak barang yang terlalu sulit atau mahal untuk didaur ulang–tingkat daur ulang global hanya akan mencapai 25%. Artinya konsumsi harus dikurangi untuk mengatasi krisis sampah global yang semakin meningkat.

Sejumlah pemulung mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang dari tempat pengelolaan sampah di Jawa Tengah. Dok. Walhi Jateng

“Analisis kami jelas: bahkan di dunia yang ideal, kita tidak dapat menyelesaikan krisis tiga planet hanya dengan melakukan daur ulang. Perubahan sistemik yang sangat dibutuhkan memerlukan perubahan mendasar,” kata CEO Circle Economy Ivonne Bojoh. 

“Ini berarti membuka potensi sirkular dalam stok seperti bangunan dan infrastruktur, mengelola biomassa secara berkelanjutan, dan menghentikan pengiriman bahan-bahan terbarukan ke tempat pembuangan sampah,” katanya. 

"Perubahan ini tidak terjadi di luar diri kita sendiri. Kita semua harus membuat pilihan yang berbeda, berani, dan berinvestasi untuk menerapkan solusi sirkular di seluruh rantai nilai."

Seperti yang dapat dibuktikan oleh banyak konsumen, tingkat daur ulang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Dari tahun 2018 hingga 2021, penggunaan bahan daur ulang yang digunakan dalam manufaktur juga meningkat sebesar 200 juta ton, berkat meningkatnya kesadaran publik. Namun peningkatan ini telah dilampaui oleh pertumbuhan penggunaan bahan-bahan baru, demikian temuan para peneliti.

Peneliti mengutip angka-angka yang menunjukkan bahwa ekstraksi bahan mentah secara global meningkat lebih dari tiga kali lipat dalam setengah abad terakhir, dan baru-baru ini mencapai 100 miliar ton per tahun. Angka ini diperkirakan akan meningkat sebesar 60% pada 2060, kecuali jika ada tindakan.

Konsumsi per kapita global meningkat dari 8,4 ton pada 1970 menjadi 12,2 ton pada 2020. Namun peningkatan ini belum merata. Masyarakat di negara berpendapatan tinggi mengonsumsi enam kali lebih banyak dibandingkan masyarakat di negara berpendapatan rendah – 24 ton berbanding 4 ton.

Hal ini menyebabkan ketimpangan yang sangat besar, dimana UE dan Amerika Serikat saja mengonsumsi lebih dari separuh bahan baku dunia meskipun jumlah penduduknya hanya 10% dari populasi dunia.

Laporan tersebut menyerukan penetapan target ekonomi sirkular global untuk menurunkan penggunaan material dan permintaan energi serta meningkatkan tingkat daur ulang. Resolusi ini menyerukan dibentuknya “Badan Material Internasional”, seperti Badan Energi Internasional, untuk memandu pemerintah dalam mengukur dan memantau penggunaan sumber daya berkelanjutan dan kemajuan ekonomi sirkular.

“Peralihan ke ekonomi sirkular tidak dapat terjadi tanpa lingkungan kebijakan yang tepat dan tindakan pemerintah yang menghapuskan praktik-praktik boros serta mendorong dan mendukung cara-cara yang lebih cerdas dalam memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata laporan tersebut.