
LIPUTAN KHUSUS:
Kaum Muda Lintas Iman Serukan Keadilan Iklim untuk Disabilitas
Penulis : Gilang Helindro
Perdamaian akan terwujud bila keadilan Lingkungan dan sosial dirasakan semua warga, termasuk kelompok rentan, kata GreenFaith.
Iklim
Senin, 07 Juli 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Sekitar 50 peserta dari berbagai latar belakang agama dan kelompok difabel mengikuti aksi damai Walk for Peace and Climate Justice di Jakarta, Sabtu 5 Juli 2025. Kegiatan ini digagas oleh Eco Bhinneka Muhammadiyah, HIDIMU (Himpunan Difabel Muhammadiyah) Pusat, dan GreenFaith sebagai seruan bahwa keadilan iklim adalah hak semua orang, termasuk penyandang disabilitas.
Rute aksi dimulai dari Gereja Katedral Jakarta, melalui Terowongan Silaturahim, Masjid Istiqlal, dan berakhir di Pura Adhitya Jaya Rawamangun. Tiga rumah ibadah tersebut dipilih sebagai simbol kerukunan umat beragama dan seruan akan pentingnya persatuan lintas iman dalam menghadapi krisis iklim.
“Perdamaian akan terwujud bila keadilan lingkungan dan sosial dirasakan semua warga, termasuk kelompok rentan,” kata Hening Parlan, Direktur Eco Bhinneka Muhammadiyah dan Koordinator Nasional GreenFaith Indonesia dalam keterangan tertulisnya dikutip Minggu, 6 Juli 2025.
Pesan toleransi dan inklusivitas disuarakan para tokoh agama. Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, menegaskan pentingnya menjaga nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Ketua Umum HIDIMU, Fajri Hidayatullah, menyerukan pelibatan difabel dalam gerakan iklim.

Gereja Katedral Jakarta disebut telah menggunakan 30 persen energi surya dan menyediakan akses disabilitas sebagai bentuk komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Masjid Istiqlal juga memanfaatkan panel surya, mendaur ulang air wudlu, serta menggunakan bahan ramah lingkungan. Sementara di Pura Adhitya Jaya, tokoh agama Hindu Putu Maharta menekankan pentingnya menjaga semangat persatuan dalam keberagaman.
Dalam aksi ini juga dibacakan Deklarasi Orang Muda Lintas Iman untuk Keadilan Iklim dan Gender di Terowongan Silaturahim. Deklarasi tersebut memuat empat poin komitmen: transformasi ekologis inklusif, penguatan kepemimpinan yang setara gender, solidaritas lintas iman, dan perlindungan kelompok rentan termasuk difabel.
“Deklarasi ini menandai komitmen kolektif untuk menjadikan toleransi dan keadilan iklim sebagai fondasi gerakan bersama,” ujar Hening.
Kegiatan ini mendapat dukungan dari Ford Foundation, UHAMKA, RSI Jakarta Cempaka Putih, serta para tokoh agama. Penyelenggara berharap gerakan ini dapat menjadi inspirasi bahwa keberagaman di Indonesia adalah kekuatan untuk merawat bumi sebagai rumah bersama.