LIPUTAN KHUSUS:

Simpanse Punya Logika


Penulis : Aryo Bhawono

Simpanse ternyata memiliki logika. Ia dapat berubah pikiran jika fakta yang mereka dapati tak mendukung keyakinannya.

Satwa

Minggu, 09 November 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Simpanse ternyata memiliki logika. Ia dapat berubah pikiran jika fakta yang mereka dapati tak mendukung keyakinannya. Temuan ini ini istimewa karena manusia bukan satu-satunya makhluk yang berlogika.

Psikolog Hanna Schleihauf dari Universitas Utrecht dan rekan-rekannya melakukan serangkaian eksperimen yang dirancang untuk menguji pemahaman mengenai informasi terhadap dirinya sendiri (metakognisi). Eksperimen ini, untuk pertama kalinya dilakukan terhadap simpanse. Satwa ini diuji mempertimbangkan berbagai fakta dan berbagai jenis bukti. 

Hasilnya mengejutkan, mereka mengubah keyakinan sebagai respons terhadap argumen yang lebih kuat.

"Ini benar-benar ujian terkuat dan tersulit untuk pemahaman tentang apa yang disebut bukti tingkat kedua," ujar Schleihauf kepada ScienceAlert. "Saya pikir kita memiliki bukti yang dapat kita katakan, oke, tidak, rasionalitas dalam bentuk fundamentalnya tidak hanya dimiliki manusia, tetapi kita juga berbagi beberapa proses dasar ini dengan simpanse."

Seekor simpanse tengah dalam penelitian./Foto: Central European University

Mazhab filsafat Aristoteleslah yang selama ini menganggap manusia sebagai hewan rasional  satu-satunya spesies di Bumi yang memiliki kapasitas untuk mengambil keputusan secara rasional. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul kesadaran bahwa asumsi ini mungkin terlalu sombong. Banyak hewan menunjukkan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi.

Salah satu karakteristik yang dianggap menentukan pemikiran manusia adalah rasionalitas. Hal ini, untuk tujuan penelitian ini, didefinisikan sebagai kemampuan untuk membentuk keyakinan tentang dunia berdasarkan bukti. Ketika bukti baru muncul, makhluk rasional dapat mempertimbangkan kedua set bukti tersebut dan, yang terpenting, merevisi keyakinan mereka ketika bukti tingkat kedua tentang bukti tersebut lebih kuat.

Seperti yang mungkin Anda bayangkan, ini bukanlah hal yang mudah untuk diuji pada hewan non-manusia. Schleihauf dan rekan-rekannya merancang serangkaian lima eksperimen untuk dilakukan dengan simpanse (Pan troglodytes) di Suaka Simpanse Pulau Ngamba di Uganda. 

Setiap eksperimen melibatkan penyembunyian sepotong apel di dalam kotak dan menunggu simpanse memilih kotak berdasarkan bukti yang disajikan.

Ada beberapa jenis bukti. Bukti kuat bersifat visual: simpanse akan melihat manusia secara langsung menempatkan apel di dalam kotak, atau melihat apel di dalam kotak melalui sisi kaca akrilik yang bening. 

Bukti yang lebih lemah adalah mendengar sesuatu berderak di dalam kotak, atau melihat beberapa remah.

Dua percobaan pertama adalah yang paling sederhana. Kepada simpanse disajikan dua kotak dan kemudian diberikan bukti untuk masing-masing kotak. Ketika bukti yang lebih kuat disajikan sebelum yang lebih lemah, simpanse cenderung tetap pada pilihan awal mereka. Ketika bukti yang lebih lemah disajikan terlebih dahulu, mereka berubah pikiran. Sejauh ini, sangat mudah.

Eksperimen pertama dan kedua terhadap Simpanse. Sumber: Penelitian 'Chimpanzees Rationally Revise Their Beliefs di Jurnal Science

Untuk percobaan berikutnya, para peneliti menambahkan kotak ketiga yang tidak disertai bukti, lalu menghapus kotak bukti kuat. Di sini, simpanse lebih memilih kotak bukti lemah daripada kotak tanpa bukti.

Pada percobaan keempat, para peneliti menyajikan bukti lemah yang berulang atau bukti lemah yang baru. 

Pada skenario pertama, para peneliti menggetarkan kotak dua kali, sehingga simpanse mendengar potongan makanan yang sama berderak di dalam kotak. Namun untuk percobaan kedua, simpanse diperlihatkan suara potongan makanan kedua yang dijatuhkan ke dalam kotak.

Di sinilah hal itu menjadi sedikit lebih menarik. Simpanse cenderung memilih bukti tambahan yang baru daripada bukti yang berulang, menunjukkan bahwa mereka dapat membedakan antara informasi baru dan lama.

Terakhir, percobaan kelima yang menjadi penentu. Simpanse diperlihatkan bahwa bukti sebelumnya bisa saja salah, yakni potongan apel ternyata hanyalah gambar di atas perspex, atau batu yang berderak di dalam kotak. 

Eksperimen kelima, yang tersulit dalam penelitian logika Simpanse. Sumber: Sumber: Penelitian 'Chimpanzees Rationally Revise Their Beliefs di Jurnal Science.

Pada kasus ini, simpanse lebih sering berubah pikiran, menolak bukti yang menyesatkan demi isyarat yang lebih andal.

"Saya benar-benar melakukannya tanpa harapan (bahwa itu akan berhasil), karena belum pernah ada yang melakukan itu sebelumnya," kata Schleihauf.

Hewan tidak bertindak semata-mata berdasarkan naluri, dan perilaku mereka memiliki pola tertentu, dan mereka mengikuti bukti di dunia. Responsivitas reflektif terhadap akal sehat berarti kesadaran memegang keyakinan tertentu. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan simpanse mungkin sedikit lebih dekat dengan cara manusia mendefinisikan kecerdasan. Mereka dapat menimbang dan membandingkan bukti, alih-alih hanya bereaksi, melacak apa yang mereka ketahui dan bagaimana mereka mengetahuinya, serta mengenali bukti yang tidak dapat diandalkan kemudian merevisi keputusan mereka.

Kemampuan ini, menurut para peneliti, mungkin berasal dari nenek moyang primata yang sama, jutaan tahun yang lalu. Jika demikian, mungkin eksperimen yang sama dapat diuji pada primata lain, seperti kapusin, kera, dan babun.

Mungkin psikologi simpanse saat ini mencerminkan tahap perkembangan kognitif serupa yang terjadi pada manusia purba. Ada juga aliran pemikiran yang menyatakan bahwa yang membedakan manusia dari hewan lain adalah kemampuan kita untuk bekerja sama, melampaui kemampuan kita untuk berpikir rasional.

Bukti baru tampaknya mendukung gagasan bahwa kecerdasan saja tidak menjadikan kita manusia.