LIPUTAN KHUSUS:
Air Hujan Malang Raya Mengandung Mikroplastik
Penulis : Aryo Bhawono
Kandungan mikroplastik terdeteksi di air hujan Malang Raya. Kajian kandungan mikroplastik di air hujan ini merupakan temuan kedua setelah sebelumnya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kandungan sama di air hujan Jakarta.
Polusi
Kamis, 13 November 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Kandungan mikroplastik terdeteksi di air hujan Malang Raya. Kajian kandungan mikroplastik di air hujan ini merupakan temuan kedua setelah sebelumnya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kandungan sama di air hujan Jakarta.
Sebaran mikroplastik pada air hujan di wilayah Malang Raya ini ditemukan oleh tim peneliti Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton). Mereka mengumpulkan sampel air hujan pada 7-9 November 2025 pada 5 lokasi, yakni Sudimoro (Kota Malang), Gadang (Kota Malang), Merjosari (Kota Malang), Singosari (Kabupaten Malang), Blimbing (Kota Malang). Hasilnya, air hujan positif terkontaminasi mikroplastik.
Konsentrasi tertinggi ditemukan di Blimbing sebesar 98 partikel per liter.
Jenis mikroplastik paling dominan adalah fiber (serat halus plastik sintetis) yang mencapai lebih dari 80 persen dari total partikel, disusul oleh film/ filamen (lapisan tipis dari kantong plastik atau kemasan sekali pakai) dan fragmen (pecahan kecil plastik keras).
Sebaran mikroplastik pada air hujan Malang Raya 2025. Data: Ecoton
Para peneliti menyebutkan mikroplastik terdistribusi ke atmosfer melalui dua sumber, yakni emisi pembakaran sampah plastik dan fragmentasi sampah plastik yang terakumulasi secara terbuka. Paparan ini kemudian mengalami deposisi basah (wet deposition) melalui air hujan.
Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton, Rafika Aprilianti, menyebutkan saat masyarakat membakar sampah plastik, partikel mikroskopis plastik ikut terlepas ke udara bersama asap dan debu. Partikel-partikel tersebut kemudian terbawa angin, mengalami pengembunan di atmosfer, lalu turun kembali ke permukaan bumi bersama butiran hujan.
“Mekanisme ini dikenal sebagai wet deposition, di mana udara tercemar menjadi medium baru penyebaran plastik” ujarnya.
Ia menyebutkan temuan ini secara konkret mengindikasikan bahwa polusi mikroplastik telah menjadi ancaman yang serius terhadap kualitas udara ambien dan sumber daya air yang vital bagi kehidupan masyarakat.
Data sumber kontribusi mikroplastik pada air hujan sektor pembakaran sampah plastik sebagai kontributor dominan sebesar 55 persen. Selain itu, sektor transportasi (melalui abrasi ban dan aspal) juga memberikan kontribusi substansial hingga 33,3 persen.
Sementara sektor rumah tangga, termasuk laundry dan tekstil domestik 27,7 persen. Limbah kemasan plastik yang tak terkelola berkontribusi sebesar 22 persen.
Temuan salah satu mikroplastik di air hujan Malang Raya dilihat dari mikroskop: Foto: Ecoton
Ancaman Baru dari Langit
Partikel mikroplastik berukuran di bawah 5 milimeter ini memungkinkan partikel ini terhirup langsung melalui sistem pernapasan atau terbawa air hujan ke tanah, sungai, dan air tanah yang menjadi sumber air minum masyarakat.
Beberapa studi internasional menunjukkan mikroplastik di udara dapat membawa logam berat. Zat-zat ini memiliki efek toksik pada manusia seperti timbal dan kadmium, serta senyawa kimia berbahaya seperti Bisphenol-A (BPA), phthalates, dan flame retardants.
Efek toksik tersebut berupa peradangan saluran pernapasan, stress oksidatif dan kerusakan sel, gangguan hormon (endokrin disruptor), hingga potensi karsinogenik akibat akumullasi bahan kimia aditif pada jaringan tubuh.
Peneliti Ecoton, Alaika Rahmatullah, menjelaskan temuan ini menjadi fenomena terbentuknya siklus plastik atmosferik, di mana partikel plastik yang berasal dari pembakaran sampah mengalami kondensasi dan kembali ke permukaan bumi bersama hujan.
“Partikel mikroplastik yang turun bersama air hujan bukan hanya mencemari lingkungan, tapi juga membuka jalur paparan baru bagi manusia melalui udara yang dihirup, air yang diminum, dan tanah” kata dia.
Ecoton pun mendesak merekomendasikan Pemerintah Daerah Kota Malang melarang pembakaran terbuka sampah plastik, pembakaran sampah di permukiman padat penduduk menjadi salah satu sumber utama partikel mikroplastik di atmosfer.
Pemerintah mesti mendorong pengurangan plastik sekali pakai dan penguatan peraturan pembatasan plastik. Dominasi jenis mikroplastik fiber dan film dalam air hujan menunjukkan kontribusi besar dari kemasan dan plastik sekali pakai.
Mereka juga harus mengembangkan penelitian dan pemantauan berkala mengenai mikroplastik pada air hujan melibatkan universitas, lembaga penelitian, dan komunitas masyarakat.
Selain itu perlu dilakukan integrasi isu mikroplastik ke dalam kebijakan kesehatan masyarakat. Pemerintah perlu meneliti keterkaitan paparan mikroplastik udara dengan kasus asma, bronkitis kronis, dan gangguan endokrin.
Penelitian ini diutamakan pada wilayah padat pembakaran sampah dan memasukkan parameter mikroplastik dan bahan kimia plastik dalam kajian risiko kesehatan lingkungan (EHRA) dan pengujian kualitas air minum.
Sebelumnya, Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan kandungan mikroplastik di air hujan. Partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.
Mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik, terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan. Rata-rata, peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

Share
