LIPUTAN KHUSUS:

Ledakan AI pada 2025 Hasilkan Emisi Sebesar Kota New York


Penulis : Kennial Laia

Emisi gas rumah kaca dari penggunaan AI kini setara dengan lebih dari 8% emisi penerbangan global, menurut riset terbaru.

Lingkungan

Minggu, 21 Desember 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Ledakan AI telah menyebabkan jumlah karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer pada 2025 sebanding dengan jumlah karbon dioksida yang dilepaskan di seluruh Kota New York, menurut sebuah temuan terbaru. 

Dampak lingkungan AI secara global diungkap dalam penelitian yang dipublikasikan Rabu lalu, yang juga menemukan bahwa penggunaan air terkait AI kini melebihi keseluruhan permintaan air kemasan global.

Angka-angka tersebut dikumpulkan oleh akademisi Belanda Alex de Vries-Gao, pendiri Digiconomist, sebuah perusahaan yang meneliti konsekuensi yang tidak diinginkan dari tren digital. Dia mengklaim bahwa ini adalah upaya pertama dalam mengukur dampak spesifik dari kecerdasan buatan dibandingkan pusat data secara umum karena penggunaan chatbot seperti ChatGPT OpenAI dan Gemini Google melonjak pada 2025.

Angka-angka tersebut menunjukkan perkiraan emisi gas rumah kaca dari penggunaan AI kini setara dengan lebih dari 8% emisi penerbangan global. Penelitiannya menggunakan laporan perusahaan teknologi dan ia menyerukan persyaratan yang lebih ketat agar perusahaan-perusahaan tersebut lebih transparan mengenai dampak perubahan iklim.

Pusat data Google di The Dalles, Oregon, Amerika Serikat, pada 2012. Dok. Google Handout/EPA

“Dampak lingkungan teknologi ini cukup besar secara absolut,” katanya. "Saat ini masyarakatlah yang menanggung biaya-biaya ini, bukan perusahaan teknologi. Pertanyaannya adalah: apakah adil? Jika mereka mendapat manfaat dari teknologi ini, mengapa mereka tidak menanggung sebagian biayanya?" katanya. 

De Vries-Gao menemukan, jejak karbon sistem AI pada 2025 bisa mencapai 80 juta ton, sementara air yang digunakan bisa mencapai 765 miliar liter. Menurutnya, ini adalah pertama kalinya dampak AI terhadap air diperkirakan dan menunjukkan bahwa penggunaan air oleh AI saja lebih dari sepertiga lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya untuk seluruh penggunaan air di pusat data.

Angka-angka tersebut dipublikasikan di jurnal akademik Patterns. Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pada awal tahun ini bahwa pusat data yang berfokus pada AI menggunakan listrik sebanyak pabrik peleburan aluminium yang haus listrik, dan konsumsi listrik pusat data diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada 2030.

“Ini merupakan bukti lebih lanjut bahwa masyarakat menanggung tanggung jawab lingkungan hidup bagi beberapa perusahaan terkaya di dunia,” kata Donald Campbell, direktur advokasi di Foxglove, sebuah organisasi nirlaba di Inggris yang mengkampanyekan keadilan dalam bidang teknologi.

"Yang lebih buruk lagi, hal ini mungkin hanya puncak gunung es. Kegilaan pembangunan pusat data, yang didorong oleh AI generatif, baru saja dimulai,” katanya. 

Laporan IEA sebelumnya mengungkap, pusat data terbesar yang berfokus pada AI yang sedang dibangun saat ini akan mengonsumsi listrik sebanyak 2 juta rumah tangga, dengan Amerika Serikat merupakan bagian terbesar dari konsumsi listrik pusat data (45%) diikuti oleh Tiongkok (25%) dan Eropa (15%).

Pusat data terbesar yang sedang direncanakan di Inggris, di bekas lokasi pembangkit listrik tenaga batu bara di Blyth, Northumberland, diperkirakan akan mengeluarkan lebih dari 180.000 ton CO2 per tahun ketika beroperasi penuh – setara dengan jumlah yang dihasilkan oleh lebih dari 24.000 rumah.

Pengungkapan lingkungan hidup yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan teknologi seringkali tidak cukup untuk menilai dampak keseluruhan pusat data, apalagi mengisolasi penggunaan AI, kata De Vries-Gao. Dia mencatat bahwa ketika Google baru-baru ini melaporkan dampak Gemini AI-nya, mereka tidak memperhitungkan air yang digunakan untuk menghasilkan listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkannya.