LIPUTAN KHUSUS:

Belasan Penyu Terdampar Pasca Tsunami Dilepasliarkan ke Laut


Penulis : Redaksi Betahita

Belasan penyu turut terdampar di daratan sebagai dampak dari bencana tsunami yang melanda pesisir Banten dan Lampung, 22 Desember 2018. Hingga saat ini, setidaknya terdapat 18 ekor penyu dievakuasi oleh tim gabungan Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) bersama tim lain serta relawan dan masyarakat lokal. Sebelumnya, Balai TNUK mendapat informasi dari media

Konservasi

Rabu, 26 Desember 2018

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Belasan penyu turut terdampar di daratan sebagai dampak dari bencana tsunami yang melanda pesisir Banten dan Lampung, 22 Desember 2018. Hingga saat ini, setidaknya terdapat 18 ekor penyu dievakuasi oleh tim gabungan Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) bersama tim lain serta relawan dan masyarakat lokal.

Sebelumnya, Balai TNUK mendapat informasi dari media sosial relawan yang mengevakuasi 16 ekor penyu di sekitar Tanjung Lesung pada Senin (24/12). Hari berikutnya Balai TNUK bersama Tim Vertical Rescue, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, PMI, BNPB, Pramuka Peduli, relawan, dan masyarakat kembali melakukan penyisiran dan kembali menemukan dua ekor penyu di sekitar Beach Club, Tanjung Lesung, Selasa (25/12).

Baca Juga: Taman Nasional Ujung Kulon: Badak Aman dari Tsunami

Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Ujung Kulon Aris Budi Pamungkas mengatakan tim gabungan telah melepasliarkan penyu tersebut ke perairan Tanjung Lesung. Menurutnya, sebagian besar penyu ditemukan dalam radius satu kilometer dari garis pantai dengan posisi terlentang, terbalik, ataupun tersangkut di pepohonan.

Tim rescue mengevakuasi seekor penyu di sekitar Tanjung Lesung pasca tsunami. Dok.menlhk.go.id

“Total ada 18 ekor penyu yang dilepasliarkan ke pantai Tanjung Lesung. Satwa ini terbawa gelombang cukup jauh ke daratan, sekitar satu kilometer dari garis pantai,” kata Aris kepada Betahita melalui sambungan telepon, 26 Desember 2018.

Selain satwa, dua petugas harian lepas (PHL) Balai TNUK bernama Rubani dan Sandi turut menjadi korban meninggal dunia. Saat tsunami melanda, keduanya tengah bertugas di Resort Citeulang yang masuk dalam wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Pulau Handeuleum.

Baca Juga: Taman Nasional Ujung Kulon Berduka, Dua Petugasnya Menjadi Korban Tsunami

Sejumlah fasilitas Balai TNUK juga tidak luput terkena dampak, sehingga mengalami rusak sedang, hancur, bahkan hilang. Fasilitas yang mengalami kerusakan di antaranya kantor resort Citelang, dermaga Pulau Handeuleum, dermaga Tamanjaya, serta bangunan shelter dan toilet di Cigenter. Sedangkan dua unit motor ketinting dan dua buah sampan di resort Citelang dan Handeuleum dilaporkan hancur dan hilang.

Saat ini, tim gabungan terus melakukan pencarian terhadap satwa yang terdampar akibat dampak tsunami . KLHK mengimbau seluruh masyarakat yang melihat atau menemukan penyu yang terdampar, untuk menghubungi Balai Besar KSDA Jawa Barat, dan Taman Nasional Ujung Kulon.