LIPUTAN KHUSUS:
Tolak Kusala Iklim, Greta Thunberg: Gerakan Iklim Tidak Butuh Penghargaan
Penulis : Redaksi Betahita
Aktivis lingkungan remaja Greta Thunberg menolak menerima penghargaan atas upayanya mempromosikan bahaya perubahan iklim. Menurutnya, gerakan perubahan iklim saat ini lebih memerlukan penguasa untuk mulai mendengarkan dan memperhatikan fakta ilmiah terkait isu itu. Thunberg mengatakan penghargaan itu merupakan “sebuah kehormatan”, namun tetap memutuskan untuk menolak penghargaan dan hadiah uang senilai 500,000 kronor (hampir
Perubahan Iklim
Sabtu, 02 November 2019
Editor : Redaksi Betahita
Betahita.id – Aktivis lingkungan remaja Greta Thunberg menolak menerima penghargaan atas upayanya mempromosikan bahaya perubahan iklim. Menurutnya, gerakan perubahan iklim saat ini lebih memerlukan penguasa untuk mulai mendengarkan dan memperhatikan fakta ilmiah terkait isu itu.
Thunberg mengatakan penghargaan itu merupakan “sebuah kehormatan”, namun tetap memutuskan untuk menolak penghargaan dan hadiah uang senilai 500,000 kronor (hampir Rp 725 juta) dari Dewan Nordik atau Nordic Council.
“Saya berterima kasih kepada Dewan Nordik atas penghargaan ini. Namun, penghargaan tidak penting bagi perubahan iklim. Yang kita butuhkan adalah agar politisi dan penguasa mulai mendengarkan fakta ilmiah termutakhir yang ada saat ini,” tulis Thunberg melalui akun media sosial Instagram pribadinya, Rabu, 30 Oktober 2019.
Baca Juga: Laporan IPCC Terbaru: Perubahan Iklim Semakin Ancam Peradaban Manusia
Thunberg mengatakan negara-negara Nordik, termasuk negara asalnya, Swedia, memiliki reputasi baik terkait isu iklim dan lingkungan. Bagi Thunberg, hal itu merupakan sebuah kebanggaan. Namun, dia tetap menyorot emisi aktual dan jejak ekologis dari konsumsi per kapita di negara tersebut.
“Jika kita menghitung jumlah konsumsi, impor, aviasi, dan pengapalan, maka itu cerita lain lagi,” tulis Thunberg.
Thunberg menyitir laporan dari WWF dan Global Footprint Network, yang menyatakan bahwa wilayah Nordik (Swedia, Norwedia, Findlandia, Islandia, dan Denmark) hidup dengan konsumsi berlimpah. Dia mencontohkan Swedia yang memiliki konsumsi berlimpah “seolah-olah Bumi memiliki sumber daya dari empat planet.”
Contoh lain adalah Norwegia, yang dikritik Thunberg atas keputusan Pemerintah Norwegia baru-baru ini dalam memberikan izin paling banyak bagi perusahaan untuk mengeksplorasi minyak dan gas. Minyak dan gas menghasilkan emisi karbon global sebanyak 1,3 juta ton.
Thunberg mengkritik komitmen politik negara-negara Nordik dalam memperbaiki kondisi iklim global. Menurutnya celah antara sains yang mendorong pembatasan kenaikan suhu global di bahwa 1,5 atau 2 derajat dan politik yang menguasai di negara Nordik sangat besar.
“Kami tinggal di negara-negara yang memiliki kemungkinan besar untuk melakukan paling banyak. Namun negara kita pada dasarnya tidak melakukan apapun,” tulisnya.
Presiden Dewan Nordik Hans Wallmark mengatakan organisasi itu menghormati keputusan Thunberg, serta menyebut gerakannya sebagai “aksi yang baik untuk semuanya.”
Baca Juga: Laporan Terbaru: Dampak Perubahan Iklim Memburuk di Amerika Serikat
Greta Thunberg memulai aksi protes “Fridays for Future” pada Agustus 2018 ketika berumur 15 tahun. Saat itu Thunberg bolos dan menghabiskan jam sekolahnya di depan Parlemen Swedia dengan spanduk bertuliskan “School Strike for Climate“. Dia menuntut keseriusan pemerintah untuk menangani perubahan iklim. Aksinya menginspirasi gerakan protes anak muda di seluruh dunia.