LIPUTAN KHUSUS:
Mainan Lego Perlu 1.300 Tahun untuk Terurai di Laut
Penulis : Redaksi Betahita
Mainan Lego, yang populer di kalangan anak-anak, dinilai sebagai ancaman bagi kelestarian laut. karena baru terurai setelah 1.300 tahun.
Sampah
Senin, 23 Maret 2020
Editor : Redaksi Betahita
BETAHITA.ID - Mainan Lego, yang populer di kalangan anak-anak, dinilai sebagai ancaman bagi kelestarian laut. Studi terbaru mengungkap, mainan berbentuk blok itu memerlukan waktu hingga 1.300 tahun untuk terurai di lautan.
Studi yang dipimpin oleh University of Plymouth, Amerika Serikat, itu meneliti puluhan potongan Lego yang terdampar di pantai barat daya Inggris. Peneliti mengkonfirmasi umur blok Lego dan menimbangnya, lalu membandingkannya dengan blok Lego yang belum digunakan.
Hasilnya, dipublikasikan di jurnal Environmental Pollution, memperkirakan bahwa Lego dapat bertahan di lautan antara 100 hingga 1.300 tahun.
Dr Andrew Turner, associate professor di bidang ilmu lingkungan, mengatakan, "Lego merupakan salah satu yang terpopuler dalam sejarah mainan anak-anak. Yang menjadi daya tariknya, salah satunya, adalah daya tahannya," katanya di laman University of Plymouth, 16 Maret 2020.
Baca Juga: Alasan Penyu Tertarik Sampah Plastik di Laut
"Secara spesifik, mainan ini memang dirancang untuk dimainkan. Jadi, tidak heran dia tetap bertahan walau mengapung di laut selama berdekade-dekade. Namun, tingkat keawetan yang kami temukan (dalam studi) tetap mengejutkan," ujar Turner.
Turner menambahkan, potongan Lego yang diuji dalam studi tersebut telah lapuk dan memudar. Beberapa strukturnya pun retak dan terfragmentasi.
"Hal ini menunjukkan sebagian blok Lego telah terurai menjadi mikroplastik. Temuan ini lagi-lagi menekankan pentingnya membuang sampah dengan benar dan memastikannya tidak merusak lingkungan," katanya.
Selama beberapa dekade, komunitas lokal dari Cornwall, termasuk Rame Peninsula Beach Care dan Lego Lost at Sea Project, mengumpulkan ribuan potongan Lego dan sampah plastik lainnya dalam kegiatan pembersihan pantai.
Studi itu kemudian menggunakan 50 potongan Lego yang telah lapuk, yang terbuat dari polimer umum atau acrylonitrile butadiene styrene. Mainan blok itu dibersihkan dan ditimbang di laboratorium di University of Plymouth.
Baca Juga: Pantai di Bali Dibanjiri Sampah Plastik
Spektrometer fluoresensi sinar-X digunakan untuk menentukan karakteristik kimiawi dari masing-masing blok, dengan hasil yang digunakan untuk mengkonfirmasi usia potongan berdasarkan keberadaan elemen tertentu dalam blok yang tak lagi digunakan.
Para peneliti kemudian memasangkannya dengan batu bata yang masih bagus yang dibeli pada 1970an dan 80an. Dari perbandingan itu, ilmuwan kemudian mengidentifikasi tingkat keausan pada Lego yang dipungut di pantai, untuk menyimpulkan seberapa lama Lego dapat bertahan di laut.
Sejauh ini Lego belum mengeluarkan pernyataan terkait penelitian tersebut.