LIPUTAN KHUSUS:

83 Pembela Lingkungan di Meksiko Dibunuh pada 2012-2019


Penulis : Redaksi Betahita

Paling tidak 83 pembela lingkungan di Meksiko dibunuh antara tahun 2012 dan 2019, sedangkan ratusan lainnya diancam, dianiaya, dan dikriminalisasi

Lingkungan

Kamis, 26 Maret 2020

Editor : Redaksi Betahita

BETAHITA.ID -  Tidak hanya di Indonesia, kekerasan terhadap pembela lingkungan juga terjadi di seluruh dunia. Salah satunya adalah Meksiko. Laporan terbaru mengungkap, paling tidak 83 pembela lingkungan di negara itu dibunuh antara tahun 2012 dan 2019.

Selain menjadi korban pembunuhan, ratusan pembela lingkungan diancam, dianiaya, dan dikriminalisasi, menurut studi yang disusun oleh Mexican Centre for Environmental Rights (Cemed).

Baca Juga: Koalisi Pembela HAM: Negara Harus Investigasi Kasus Golfrid

Menurut laporan Front Line Defenders Global Analysis 2019, Amerika Latin merupakan kontinen paling berbahaya di seluruh dunia. Negara-negara seperti Brasil, Kolombia, Meksiko, Honduras, dan Guatemala, adalah tempat paling tidak aman bagi aktivis lingkungan dan lahan.

Pembela lingkungan dari Meksiko, Isidro Baldenegro López, yang meraih penghargaan prestisius Goldman Environmenral Prize, ditembak mati pada 2017 karena aktivitasnya menentang eksploitasi tanah leluhur di Sierra Madre/Goldman Environmental Prize

Dalam laporannya, Cemed menulis, hampir satu dari tiga serangan sejak 2012 menargetkan pembela lingkungan yang menentang proyek energi, terutama tenaga angin dan hidroelektrik.

“Data menunjukkan kekerasan struktural yang terus-menerus terhadap pembela lingkungan di negara kami, yang menegasikan kebebasan dan rasa aman untuk menggunakan hak mereka dalam membela hak asasi manusia,” kata juru bicara Cemed, dinukil The Guardian, Jumat, 20 Maret 2020.

Menurut laporan tersebut, kekerasan terhadap pembela lingkungan terjadi di seluruh wilayah negara. Namun, pembela lingkungan di negara bagian selatan, Oaxaca, menghadapi lebih banyak serangan selama delapan tahun terakhir.

Oaxaca merupakan negara bagian termiskin di Meksiko, dengan populasi masyarakat adat tertinggi. Oaxaca kaya sumber daya alam seperti mineral, sungai, hutan, gas alam.

Menurut Cemed, kekerasan di Oaxaca ditandai dengan kegentingan di wilayah biodiversitas Tehuantepec, sebuah daratan sempit antara Teluk Meksiko dan Samudra Pasifik, lokasi 28 pembangkit listrik tenaga angin beroperasi.

Pada 2019, 15 pembela lingkungan dibunuh dan 25 diancam, dilecehkan, atau menjadi korban kampanye hitam. Korban pembunuhan pada tahun itu termasuk masyarakat adat Tarahumara bernama Otilia Martínez Cruz dan putranya, Gregorio Chaparro Cruz. Keduanya ditembak pada 1 Mei 2019, setahun setelah anggota keluarga lainnya, Julián Carrillo, dibunuh.

Baca Juga: Kasus Golfrid, Ironi Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Masih menurut laporan tersebut, belasan anggota masyarakat adat Tarahumara dibunuh lantaran menentang deforestasi ilegal di tanah leluhur di Sierra Madre beberapa tahun terakhir. Sierra Madre merupakan pegunungan biodiversias di utara Meksiko. Salah satu korban pembunuhan itu adalah Isidro Baldenegro López, peraih Goldman environmental prize. López ditembak mati pada 2017.

Menurut Cemed, aparat negara seperti polisi, penjaga nasional, dan jaksa setempat bertanggung jawab atas 40% insiden kekerasan di negara tersebut.