LIPUTAN KHUSUS:
Hari Bumi ke-50, Ini Pesan Sekjen PBB
Penulis : Kennial Laia
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengusulkan enam kebijakan terkait dampak pandemi Covid-19. Diharapkan membantu menjawab persoalan krisis lingkungan di tengah pandemi.
Lingkungan
Rabu, 22 April 2020
Editor :
BETAHITA.ID - Di tengah peringatan Hari Bumi ke-50, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan enam kerangka kebijakan atas dampak pandemi Corona Virus Disease (COvid-19). Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam pidatonya di New York, Selasa, 21 April 2020.
Menurut Guterres, enam kerangka kebijakan itu akan menekankan pada aspek pemulihan ekonomi dan berorientasi pada ekonomi hijau, serta mitigasi perubahan iklim. Hal ini untuk merespon setelah ada komitmen bernilai ratusan triliun rupiah "New Green Deal" oleh sejumlah negara Uni Eropa.
"Ini (pandemi) merupakan ujian terbesar yang dihadapi dunia sejak Perang Dunia," kata Guterres dalam pidatonya. "Karena itu kita harus bekerja sama untuk menyelamatkan kehidupan, meringankan penderitaan, dan mengurangi konsekuensi ekonomi dan sosial yang hancur," tambahnya.
Guterres mengatakan, dampak virus corona langsung dan mengerikan. Hingga saat ini, virus penyebab Covid-19 itu telah menginfeksi lebih dari 2,5 juta penduduk dunia secara global dengan kematian lebih dari 170.000 jiwa. Kota-kota ditutup dan aktivitas ekonomi terhenti sehingga kerugian terjadi. Meski demikian, Guterres mengatakan ada krisis yang lebih gawat dibandingkan dengan virus corona, yaitu krisis lingkungan yang saat ini terjadi di Planet Bumi.
Dia menjelaskan berbagai persoalan lingkungan seperti menurunnya keanekaragaman hayati, gangguan iklim, serta ancaman eksistensial seperti virus corona harus menjadi perhatian masyarakat global.
"Krisis saat ini adalah panggilan untuk segera bangun. Kita harus bertindak tegas untuk melindungi planet kita dan kita perlu mengubah pemulihan menjadi peluang nyata untuk melakukan hal-hal yang benar untuk masa depan," katanya.
Berikut adalah enam tindakan terkait iklim untuk membentuk pemulihan dan pekerjaan di masa depan dari Guterres:
Pertama, menciptakan pekerjaan dan bisnis baru melalui transisi yang bersih dan hijau.
Kedua, uang pembayar pajak harus dikaitkan dengan pencapaian pekerjaan ramah lingkungan dan pertumbuhan berkelanjutan, bukan hanya digunakan untuk menyelamatkan bisnis.
Ketiga, kekuatan fiskal harus mendorong pergeseran dari ekonomi “abu-abu” ke hijau, dan membuat masyarakat lebih tangguh.
Keempat, dana publik harus digunakan untuk berinvestasi di masa depan, bukan masa lalu, dan mengalir ke sektor dan proyek berkelanjutan yang membantu lingkungan dan iklim. Subsidi bahan bakar fosil harus diakhiri, dan pencemar harus mulai membayar polusi yang mereka lakukan.
Kelima, risiko serta kesempatan memperbaiki masalah iklim harus dimasukkan ke dalam sistem keuangan serta semua aspek pembuatan kebijakan publik dan infrastruktur.
Keenam, seluruh dunia bekerja sama sebagai komunitas internasional.
"Enam prinsip ini merupakan panduan penting untuk memulihkan diri secara lebih baik. Sebab, gas rumah kaca, seperti halnya virus, tidak memandang batasan nasional," katanya.
"Pada Hari Bumi ini, bergabunglah dengan saya dalam mencapai masa depan yang sehat dan tangguh bagi manusia dan semua penghuni planet ini,"katanya.
Para pemimpin Uni Eropa sebelumnya telah mengisyaratkan rencana mereka untuk menjadikan Green New Deal sebagai inti dari strategi penyelamatan Covid-19, termasuk pemerintah Inggris, Kanada, Selandia Baru, dan Korea Selatan. Pekan lalu, para menteri keuangan G20 menyerukan pemulihan 'berkelanjutan dari segi lingkungan'.
Intervensi Guterres ini datang bersamaan dengan Organisasi Meteorologi Dunia yang sedang bersiap untuk merilis laporan terakhir tentang Iklim Global 2015-2019, yang diprediksi berisi laporan tahunan tentang kondisi iklim dunia, memastikan catatan mengenai suhu bumi, percepatan perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir, dampak cuaca yang lebih ekstrem serta tren peningkatan emisi gas rumah kaca.