LIPUTAN KHUSUS:
Ini Penyebab Udara di Indonesia Panas
Penulis : Gilang Helindro
Udara di Jabodetabek: suhu maksimum tertinggi terjadi di Soekarno/Hatta 35°C, Kemayoran 35°C, Tanjung Priok 34,8°C, dan 34,7°C Ciputat
Perubahan Iklim
Rabu, 27 Mei 2020
Editor :
BETAHITA.ID - Suhu udara di sejumlah daerah Indonesia dalam beberapa hari belakangan terasa sangat panas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa suhu panas merupakan fenomena yang biasa ketika memasuki musim kemarau. Fenomena itu terjadi karena munculnya suhu udara panas disertai dengan kelembapan udara yang tinggi.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal mengatakan, kelembaban udara yang tinggi menyatakan jumlah uap air yang terkandung pada udara. Semakin banyak uap air yang dikandung dalam udara, maka akan semakin lembap udara tersebut, dan apabila suhu meningkat akibat pemanasan matahari langsung karena berkurangnya tutupan awan. "Suasana akan lebih terasa gerah," katanya melalui keterangan resminya, Rabu 27 Mei 2020.
Berdasarkan laporan pencatatan meteorologis, suhu maksimum udara, umumnya terjadi pada siang atau tengah hari di Indonesia. Dalam lima hari belakangan ini, suhu udara berada dalam kisaran 34 sampai 36 derajat celcius.
Herizal menjelaskan, beberapa kali suhu udara tinggi dari 36°C tercatat terjadi di Sentani, Papua. "Di Jabodetabek, pantauan suhu maksimum tertinggi terjadi di Soekarno/Hatta 35°C, Kemayoran 35°C, Tanjung Priok 34,8°C, dan 34,7°C Ciputat," katanya.
Berdasarkan analisis BMKG, wilayah perkotaan terutama di kota besar umumnya memiliki suhu udara yang lebih panas dibandingkan bukan wilayah perkotaan. Wilayah lain di Pulau Jawa, seperti Tanjung Perak, suhu udara terukur berada di kisaran 35 derajat celcius.
"Sementara itu, catatan kelembaban udara menunjukkan sebagian besar wilayah Indonesia berada pada kisaran >80% - 100%, yang termasuk berkelembaban tinggi," ungkapnya.
Suhu udara panas sebenarnya bukan hal yang tidak lazim saat memasuki musim kemarau. Sejumlah daerah memang sudah memasuki musim kemarau pada April hingga Mei.
"Fenomena udara gerah sebenarnya adalah fenomena biasa pada saat memasuki musim kemarau. Untuk Jabodetabek, periode April-Mei adalah bulan-bulan di mana suhu udara secara statistik berdasarkan data historis memang cukup tinggi, selain periode Oktober-Nopember," kata Herizal.
Pada musim kemarau suhu udara maksimum di Jakarta umumnya berada pada rentang 32-36°C. "Udara panas gerah juga lebih terasa bila hari menjelang hujan, karena udara lembap melepas panas laten dan panas sensibel yang menambah panasnya udara akibat pemanasan permukaan oleh radiasi matahari," sambungnya.
BMKG mengimbau agar masyarakat tidak panik dengan suasana gerah yang terjadi, tetapi tetap perlu menjaga kesehatan dan stamina sehingga tidak terjadi dehidrasi dan iritasi kulit.
"Banyak minum dan makan buah segar sangat dianjurkan, termasuk memakai tabir surya sehingga tidak terpapar langsung sinar matahari yang berlebih dan lebih banyak berdiam di rumah pada saat pemberlakuan PSBB," ucapnya.