LIPUTAN KHUSUS:

Cegah Kerusakan Alam, Wisata Baduy Diusulkan Jadi Saba Budaya


Penulis : Betahita.id

Banyaknya wisatawan menyebabkan kerusakan alam di Baduy dalam, terutama sampah plastik yang berasal dari bungkus makanan pengunjung.

Lingkungan

Senin, 13 Juli 2020

Editor :

BETAHITA.ID -  Destinasi wisata Baduy di Kabupaten Lebak, Banten akan dihapus dan diganti. Suku Baduy pun menawarkan konsep baru yang disebut dengan Saba Budaya Baduy atau kunjungan silaturahmi dengan masyarakat.

Penggantian destinasi wisata itu berdasarkan hasil musyawarah yang melibatkan Puun (pimpinan tertinggi adat Baduy) dan dihadiri Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak. Kedua pihak sepakat mengubah destinasi wisata Baduy dan diganti dengan Saba Budaya Badui.

Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Jaro Saija, menyatakan kendati menghapus konsep wisata namun wisatawan masih bisa mendatangi kawasan budaya Baduy. "Kami mempersilahkan warga luar daerah memasuki kawasan budaya masyarakat Badui, namun lebih beretika serta menjaga kelestarian lingkungan Badui," kata dia kepada Antara, Senin, 13 Juli 2020.

Sebelumnya masyarakat Baduy membuat surat terbuka yang ditujukan kepada pemerintah daerah dan pusat agar menghapus kawasan Baduy sebagai tujuan wisata. Konsep wisata yang mendorong warga beramai-ramai mendatangi Baduy telah membuat kualitas lingkungan desa menurun. Salah satunya ialah mulai banyaknya sampah plastik dari produk makanan dan minuman yang dibawa wisatawan.

Tumpukan sampah plastik Kampung Gajebo, Baduy Luar. (Parahita.com)

Bupati Lebak, Iti Octavia, menyatakan siap menjalankan keputusan Puun jika destinasi wisata dihapus dan diganti menjadi Saba Budaya Baduy.

Pemerintah Kabupaten Lebak akan menerbitkan kebijakan-kebijakan untuk Saba Budaya Baduy agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan juga kelestarian alam. Menurut bupati, orang yang akan mengunjungi pemukiman Suku Baduy akan diawasi lebih ketat agar tidak mengotori dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tak boleh melakukan pelanggaran ketentuan adat.

"Pada dasarnya kami memahami keluhan Puun karena lingkungan Baduy jadi tercemar dengan banyaknya sampah dari pengunjung itu. Namun kami akan membahas terlebih dahulu dengan Puun," kata Iti.

Wakil Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sepakat untuk mengkaji status kawasan Baduy di Kabupaten Lebak sebagai daerah tujuan wisata.

"Jika hasil kajiannya berdampak negatif, Menteri LHK bisa merekomendasikan kepada Presiden untuk menutup Baduy sebagai daerah tujuan wisata," ujar Dedi Mulyadi beberapa waktu lalu.

Dalam rapat dengar pendapat Komisi IV dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar, di Gedung DPR RI, Dedi menyampaikan banyaknya kunjungan wisatawan justru merusak lingkungan dan Suku Baduy justru dieksploitasi untuk kepentingan tertentu.

"Banyak coretan dan sampah plastik dimana-mana. Selain itu terjadi eksploitasi untuk kepentingan bisnis. Atas nama orang Baduy ada yang jualan madu, jualan pernak-pernik, dan lain-lain. Suku Baduy dijadikan tontonan. Ini memprihatinkan," kata Dedi.

Menurut Dedi, semestinya wisatawan yang berkunjung ke kawasan Baduy bukan untuk menonton warga Baduy, tapi belajar tentang lingkungan hidup yang mumpuni kepada mereka. Sebab, kata dia, masyarakat adat Suku Baduy adalah masyarakat yang terjaga cara berpikir dan bertindak.

Pelaku perjalanan wisata budaya, Parahita Satiti dalam blognya, Parahita.com, mengungkapkan perbedaan kondisi lingkungan Baduy saat ini dengan ketika ia berkunjung ke sana November 2014. "Saya ga melihat penampakan sampah, baik di sepanjang jalan dari Ciboleger sampai Kampung Cibeo, maupun di dalam kampung-kampung suku Baduy sendiri. Malah bisa dibilang, dari pengalaman 2 malam menginap di kampung Baduy Luar dan Dalam itu, saya menyimpulkan mereka adalah orang-orang yang memang sangat menjaga kebersihan lingkungan," tulis Parahita.

TEMPO.CO | TERAS.ID