LIPUTAN KHUSUS:

Krisis Iklim: Gas Metana Bocor di Antartika untuk Pertama Kalinya


Penulis : Kennial Laia

Untuk pertama kalinya, ilmuwan menemukan kebocoran gas metana di Antartika. Dikhawatirkan memperburuk krisis iklim.

Perubahan Iklim

Jumat, 24 Juli 2020

Editor :

BETAHITA.ID -  Ilmuwan menemukan adanya kebocoran gas metana untuk pertama kalinya di dasar laut di Antartika. Lepasnya gas rumah kaca itu ke atmosfir dikhawatirkan dapat memperparah pemanasan global, lantaran metana berkontribusi terhadap krisis iklim.

Para ilmuwan percaya bahwa Antartika menyimpan seperempat dari metana laut di Bumi. Metana merupakan jenis gas rumah kaca yang berbahaya karena kemampuannya menyerap panas. Selama 20 tahun terakhir, satu kilogram metana menghangatkan suhu planet Bumi 80 kali lebih cepat dari satu kilogram karbon dioksida.

Rembesan aktif pertama kali ditemukan secara tidak sengaja pada 2011. Pada 2016, para peneliti kembali untuk mengumpulkan data lebih lanjut dan menelitinya di laboratorium. Selama itu pula, peneliti menemukan bahwa mikroba yang dapat mencegah metana naik ke atmosfer dengan cara mengonsumsinya tidak dapat menahan laju rembesan gas tersebut.

"Keterlambatan konsumsi mikroba merupakan temuan paling penting," kata Andrew Thurber, dari Oregon State University, Amerika Serikat, yang memimpin penelitian tersebut, dikutip dari The Guardian, Rabu, 22 Juli 2020.

Gambar dasar laut di situs penyelaman Cinder Cones, McMurdo Sound, di Antartika. Bagian berwarna putih mengindikasikan adanya mikroba yang mengonsumsi gas metana yang bocor ke permukaan laut dan naik ke atmosfer. Foto: Andrew Thurber/Oregon State University

"Ini bukan kabar baik. Kami menemukan bahwa perlu lima tahun setelah rembesan metana bagi populasi mikroba untuk beradaptasi secara memadai untuk membatasi pelepasannya. Dan selama itu pula, gas metana secara cepat lepas dari dasar laut," katanya.

Penyebab lepasnya metana dari dasar laut belum diketahui secara pasti. Namun ilmuwan meyakini tidak disebabkan oleh pemanasan global lantaran Laut Ross di kontinen tersebut tidak mengalami kenaikan suhu yang signifikan.

“Siklus gas metana adalah hal yang perlu kita perhatikan,” kata Thurber. “Kondisi ini sangat mengkhawatirkan.".

“Penyebabnya masih misteri yang belum kita temukan jawabannya,” katanya. “Ini harus menjadi perhatian kita semua. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan.”

Studi tersebut, diterbitkan di jurnal Proceedings of the Royal Society B, melaporkan adanya rembesan metana di situs sedalam 10 meter yang disebut dengan Cinder Cones di McMurdo Sound. Situs tersebut menyerupai sepetak selimut mikrobial sepanjang 70 meter.

“Kami tidak sengaja melihat rembesan itu di situs yang telah dieksplorasi sejak 1960-an, dan dia muncul begitu saja,” kata Thurber. “Gas tersebut bercampur dengan air laut,” katanya.

Gas metana di Antartika diduga terbentuk dari endapan ganggang membusuk yang terkubur di bawah sedimen dan kemungkinan berumur ribuan tahun. Di berbagai titik, gas metana di wilayah tersebut dikonsumsi oleh mikroba. Namun lambatnya pertumbuhan mikroba di situs Cinder Cones dan dangkalnya situs itu memungkinkan naiknya metana ke atmosfer.

“Kemungkinan saat ini mikroba dalam tahap suksesi. Bisa jadi butuh lima hingga 10 tahun populasi mikroba beradaptasi secara penuh dan mulai mengonsumsi gas metana tersebut,” katanya.